Aktualisasi Nilai Pancasila di Era Globalisasi

Ketua Fraksi PPP Reni Marlinawati
Sumber :

VIVA.co.id - Wacana lunturnya pemahaman Pancasila bagi sebagian besar rakyat Indonesia, terutama generasi muda, usai reformasi bergulir, sudah banyak dibicarakan dalam berbagai forum.

Tergerusnya nilai-nilai luhur Pancasila seiring sejalan dengan makin deras masuknya globalisasi di Indonesia. Ditambah dengan makin modernnya sarana teknologi informasi yang tak terbendung masuk bahkan sampai ke tempat tidur anak.

Namun, bangsa ini tak bisa menyalahkan derasnya globalisasi dan modernisasi secara serampangan. Globalisasi dan modernisasi adalah sesuatu yang tidak bisa dibendung. Solusi terbaik adalah dengan membentengi bangsa ini untuk meminimalisasi dampak negatif pengaruh globalisasi.

Pimpinan Fraksi PPP MPR RI Reni Marlinawati termasuk yang concern terhadap masalah tersebut. Dalam acara "Dialog Empat Pilar MPR RI" yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta, Senin 10 Agustus 2015, diungkapkan bahwa lunturnya nilai-nilai luhur bangsa di hati anak Indonesia disebabkan banyak anak yang tidak peduli lagi akan nilai luhur Pancasila.

Reni mengatakan, usai reformasi, Pancasila seperti barang asing yang tidak perlu dikenal bahkan tidak dibicarakan lagi. “Jangankan mengamalkan Pancasila, memahami bahkan mengenal pun tidak lagi dan ini lah yang terjadi," ujarnya.

Bahkan, lanjut Reni, ada sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa tidak perlu mengamalkan Pancasila, sebab bukan agama. Pancasila memang bukan agama, Pancasila adalah kompilasi nilai-nilai luhur bangsa ini yang susah payah diramu oleh pendiri bangsa, termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai agama.

"Jadi, mengamalkan Pancasila, termasuk mengamalkan nilai-nilai agama," tuturnya.

Bangsa ini, menurut Reni, harus membuka mata lebar-lebar. Pancasila adalah benteng bangsa ini menghadapi dampak negatif serbuan globalisasi dan modernisasi.

Berpegang teguh Pancasila dengan jalan mengenalnya, memahaminya, kemudian mengamalkannya akan melindungi semua kekayaan bangsa ini terutama budaya dan karakteristik khas bangsa Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, dosen peneliti Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Yamin, SH, MH mengatakan, lunturnya Pancasila, jika ingin mempelajari lebih jauh, masalahnya ada di sistem pendidikan nasional Indonesia. Dalam UU Sisdiknas di masa reformasi, secara tidak sengaja membuang mata pelajaran penting yakni Pancasila.

Yamin menjelaskan, di generasi jauh sebelum era reformasi bergulir, di setiap jenjang pendidikan ada yang namanya penataran P4. Di jenjang pendidikan menengah dan atas, semua mengenal pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), jika saja pelajar tidak lulus mata pelajaran tersebut, sudah dijamin tidak naik kelas atau tidak lulus.

Jelas sekali pendidikan karakter sangat ditekankan sistem pendidikan sebelum era reformasi.

Menurut Yamin, tidak adanya atau dihilangkannya mata pelajaran Pancasila dalam sistem pendidikan nasional, membuat satuan pendidikan dasar, menengah dan atas menjadi gamang.  Namun, sekarang di perguruan tinggi, mata pelajaran Pancasila sudah masuk ke dalam kurikulum dan itu adalah sesuatu yang baik.

“Intinya adalah di pendidikan, Pancasila harus masuk dalam tatanan sistem pendidikan nasional," ujarnya.