Bos KPPU Duga Ada Kartel di Balik Mahalnya Cabai
Solusi selanjutnya, harus ada upaya dari pemerintah untuk dapat menstabilkan harga cabai dari tingkat petani, ke penampung, pedagang, hingga ke konsumen. Meskipun persediaan, atau pun suplai cabai melimpah di petani, tetapi harga harus tetap stabil, begitu pun sebaliknya.
"Saat produksi banyak, harga turun. Nah, ini kalau tidak diantisipasi oleh pemerintah harganya pasti turun lagi. Sehingga, harus ada upaya untuk menstabilkan harga, sehingga pendapatan bagi petani kita itu bisa relatif lebih stabil," ujarnya.
Tawaran solusi ketiga, lanjut Syarkawi, pemerintah harus sigap dan tanggap terhadap masalah-masalah yang dialami petani cabai. Misalnya ketika musim hujan, atau cuaca buruk yang membuat petani gagal panen.
"Musim hujan itu ongkos bertanam cabai itu jauh lebih mahal dibanding musim kemarau, karena kalau di musim hujan biasanya semprotnya itu lebih sering. Semprot vaksinnya bisa tiga kali, satu kali sampai tiga juga, berarti sembilan juta. Kalau musim kemarau, hanya sekali semprot ongkosnya itu tiga juta. Yah, kalau biayanya lebih tinggi pasti harga lebih mahal," ungkapnya.
"Bahkan, ongkos petik jauh lebih mahal dibanding harga cabainya sendiri. Akibatnya, petani di Malang itu menerlantarkan cabainya, bahkan ada yang cabut diganti dengan tanaman lain," tambahnya. (asp)