Taliban Berkuasa, Ongkos Menyelundupkan Warga Afghanistan Meningkat

Kiri: Shafiqa Sae berteriak saat memprotes pembunuhan tujuh orang dari komunitas Hazara, di Kabul, Afghanistan, 11 November 2015.
Sumber :
  • Antara/Reuters/Omar Sobhani

VIVA – Sebagai seorang jaksa perempuan di Afghanistan, Shafiqa Sae, tahu dia harus pergi menyelamatkan diri ketika Taliban merebut kekuasaan. Yang tidak dia duga adalah ongkosnya yang sangat mahal.

Para penyelundup mengeksploitasi keputusasaan warga Afghanistan untuk meninggalkan negara itu. Mereka menaikkan tarif setelah permintaan atas jasa mereka meningkat dan perbatasan semakin sulit untuk dilalui.

Sejumlah warga Afghanistan melewati titik persimpangan Gerbang Persahabatan

Photo :
  • ANTARA FOTO/REUTERS/Saeed Ali Achakzai/aww.

Orang-orang Afghanistan, yang lari ke Pakistan sejak Taliban menduduki ibu kota Kabul pada 15 Agustus tahun lalu, mengatakan oknum aparat keamanan Pakistan juga memeras uang mereka dan sejumlah tuan tanah menggandakan tarif sewa. "Setiap orang mengambil keuntungan dari kondisi kami yang buruk untuk mendapatkan uang," kata Sae kepada Thomson Reuters Foundation dari ibu kota Pakistan, Islamabad.

Perebutan kekuasaan oleh Taliban telah memicu eksodus warga Afghanistan. Namun penutupan perbatasan oleh Pakistan, Iran, dan negara-negara tetangga lainnya, serta sulitnya mendapatkan paspor atau visa, membuat orang untuk terpaksa membayar penyelundup. Orang-orang itu menempuh perjalanan penuh risiko dan melelahkan dengan melewati gurun, dan pegunungan. Beberapa dari mereka menggali terowongan di bawah pagar perbatasan, sedangkan yang lainnya menggunakan identitas palsu.

Menurut Mixed Migration Centre (MMC), tarif penyelundupan di Afghanistan naik selama pandemi COVID-19 karena pembatasan perjalanan. Namun, perjuangan untuk keluar dari negara itu sejak Agustus lalu telah membuat tarif itu melonjak.

Sae, 26 tahun, melarikan diri dari Kabul bersama ibu dan tujuh saudara kandungnya pada 25 Agustus setelah seorang donatur asing membayar US$5.000 (sekitar Rp71,7 juta) kepada penyelundup. Keluarga Sae berasal dari etnis Hazara, kelompok minoritas Syiah yang menjadi sasaran Taliban saat milisi itu memerintah pada 1996-2001.

Kembalinya kekuasaan Taliban membuat Sae khawatir dengan keselamatannya. Dia tak hanya pernah membantu menjebloskan anggota Taliban ke penjara, tapi juga aktif menentang milisi itu dan vokal menyuarakan hak-hak perempuan.

Sebelum meninggalkan Kabul, ibu Sae dipasangi infus palsu. Pakistan masih mengizinkan warga Afghanistan masuk tanpa visa dengan alasan kesehatan darurat dan keluarganya mengharapkan belas kasihan dari penjaga perbatasan.

Tipuan itu berhasil, dibantu sejumlah uang yang diberikan kepada orang-orang yang tepat. Setelah melewati perbatasan, jumlah suap yang mesti dibayar bertambah. Empat belas pos pemeriksaan kemudian mereka lalui dengan menghabiskan US$300.