Mengapa Mesir dan Jordania Tak Izinkan Pengungsi dari Palestina Masuk Negara Mereka?
- Anadolu.
Setelah pertempuran terhenti pada perang tahun 1948, Israel menolak mengizinkan pengungsi kembali ke rumah mereka. Sejak itu, Israel menolak tuntutan Palestina agar para pengungsi dikembalikan sebagai bagian dari perjanjian damai, dengan alasan bahwa hal itu akan mengancam mayoritas warga Yahudi di negara tersebut.
Hal ini sebagian disebabkan karena tidak adanya skenario yang jelas mengenai bagaimana perang ini akan berakhir.
Israel mengatakan mereka bermaksud menghancurkan Hamas karena aksi berdarah mereka yang brutal di kota-kota di selatan. Namun tidak ada indikasi mengenai apa yang mungkin terjadi setelahnya dan siapa yang akan memerintah Gaza. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka akan menduduki kembali wilayah tersebut untuk jangka waktu tertentu, sehingga memicu konflik lebih lanjut.
Militer Israel mengatakan warga Palestina yang mengikuti perintahnya untuk melarikan diri dari Gaza utara ke bagian selatan Jalur Gaza akan diizinkan kembali ke rumah mereka setelah perang berakhir. Ini yang membuat Mesir tidak merasa tenang.
El-Sissi mengatakan pertempuran bisa berlangsung bertahun-tahun jika Israel berpendapat bahwa mereka belum cukup menumpas militan. Dia mengusulkan agar Israel menampung warga Palestina di Gurun Negev, yang bertetangga dengan Jalur Gaza, sampai negara tersebut mengakhiri operasi militernya.
“Ketidakjelasan Israel mengenai niatnya di Gaza dan evakuasi penduduk merupakan suatu permasalahan,” kata Riccardo Fabiani, Direktur Proyek Afrika Utara Crisis Group International.
“Kebingungan ini memicu ketakutan di lingkungan sekitar,” tambahnya.
Mesir telah mendorong Israel untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan mengizinkannya, meskipun tidak disebutkan kapan. Menurut PBB, Mesir, yang sedang menghadapi krisis ekonomi yang meningkat, telah menampung sekitar 9 juta pengungsi dan migran, termasuk sekitar 300.000 warga Sudan yang tiba tahun ini setelah melarikan diri dari perang di negara mereka.
Namun negara-negara Arab dan banyak warga Palestina juga mencurigai Israel mungkin menggunakan kesempatan ini untuk memaksakan perubahan demografis permanen guna menghancurkan tuntutan Palestina akan status negara di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang juga direbut oleh Israel pada tahun 1967.