Petinggi EU: Dalam Pandangan Orang Eropa, Nyawa Warga Palestina Dianggap Tidak Bernilai
- AP Photo/Altaf Qadri
London, VIVA - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (EU) yang akan segera mengakhiri masa jabatannya, Josep Borrell, pada Jumat, 29 November 2024, mengakui adanya kritik terhadap "standar ganda" EU dalam respons yang inkonsisten terhadap perang di Ukraina dan Gaza.
Menurut Borrell, persepsi ini tersebar luas di negara-negara Global South.
Menjelang akhir masa jabatan lima tahunnya, Borrell merefleksikan respons EU terhadap Gaza dan isu-isu lain beberapa hari sebelum digantikan oleh mantan Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, pada Minggu.
Arsip - Warga melintas di antara bangunan yang hancur di permukiman Shujaiya, Gaza, Palestina, 11 Juli 2024.
- ANTARA/Xinhua/Abdul Rahman Salama
Ia mengakui bahwa EU gagal menunjukkan konsistensi dan efektivitas di Timur Tengah.
Menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok perjuangan Palestina, Hamas pada 7 Oktober 2023 yang diikuti dengan serangan besar-besaran Israel ke Gaza, Borrell menyatakan: "Kami tidak mampu berbicara satu suara atau bertindak cukup efektif untuk membantu mencapai gencatan senjata, membebaskan sandera, dan memastikan penghormatan terhadap hukum internasional serta keputusan Dewan Keamanan, Majelis Umum PBB, dan Mahkamah Internasional di wilayah tersebut."
Ia juga mencatat bahwa beberapa negara anggota EU adalah pemasok utama senjata ke Israel, sementara EU merupakan penyedia bantuan terbesar bagi rakyat Palestina melalui badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan Otoritas Palestina.
Namun, di sisi lain, EU juga merupakan mitra utama Israel dalam hal perdagangan, investasi, dan pertukaran orang.
VIVA Militer: Bocah Palestina di tengah puing bangunan kota Gaza
- alarabiya.net
Menurut Borrell, "perpecahan mendalam" di dalam blok tersebut secara signifikan menghambat mereka memengaruhi jalannya peristiwa, meskipun jumlah korban sipil terus meningkat – lebih dari 44.000 orang telah tewas akibat serangan Israel hingga saat ini.
"Ketidakmampuan dan sikap pasif ini, kontras dengan komitmen kuat kami dalam mendukung Ukraina, sering kali dipersepsikan di luar Uni Eropa sebagai tanda ‘standar ganda’: dalam pandangan orang Eropa, nyawa seorang warga Palestina dianggap tidak bernilai sebesar nyawa seorang warga Ukraina."
Ia menambahkan bahwa meskipun mayoritas warga EU tentu tidak mendukung pandangan tersebut, hal itu tidak menghentikan persepsi ini menyebar luas di negara-negara Global South.