Perusahaan-perusahaan China Dikecam Karena Curi Teknologi AS
- Getty Images
Pada bulan Januari 2025, Hytera Communications mengaku bersalah di pengadilan federal Chicago atas tuduhan berkonspirasi mencuri teknologi radio Motorola Solutions. Hal ini menandai perkembangan signifikan dalam sengketa hukum yang sedang berlangsung antara kedua perusahaan dan menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran atas pencurian kekayaan intelektual, khususnya dalam konteks hubungan AS-Tiongkok.
Sebagai bagian dari perjanjian pembelaan, Hytera mengakui bahwa pihaknya telah terlibat dalam upaya sistematis untuk mencuri teknologi milik Motorola dengan merekrut mantan karyawan Motorola yang memiliki akses ke informasi rahasia.
Para karyawan ini, pada gilirannya, memberikan Hytera data teknis sensitif, yang kemudian digunakan perusahaan untuk merekayasa ulang produk-produk Motorola. Teknologi yang dicuri itu digunakan untuk mengembangkan dan memasarkan radio yang bersaing langsung dengan produk Motorola, sehingga memungkinkan Hytera memperoleh pijakan signifikan di pasar global.
Pengakuan bersalah tersebut muncul setelah pertarungan hukum yang panjang hingga melibatkan persidangan juri pada tahun 2022, di mana tim hukum Motorola menghadirkan bukti yang menunjukkan bahwa Hytera telah mencuri ribuan dokumen dan berkas terkait teknologi milik Motorola.
Ilustrasi teknologi digital.
- Freepik.com//Freepik
Kasus tersebut juga mengungkap bahwa Hytera secara aktif berupaya menutupi tindakannya, termasuk menghapus berkas digital dan memalsukan dokumen untuk menyembunyikan tingkat pencurian. Sebagai hasil dari pengakuan bersalah tersebut, Hytera telah setuju untuk membayar penyelesaian yang substansial kepada Motorola, termasuk kompensasi finansial dan komitmen untuk berhenti menggunakan teknologi yang dicuri.
Akan tetapi, implikasi yang lebih luas dari kasus ini jauh melampaui penyelesaian finansial.
Hal ini merupakan contoh nyata bagaimana perusahaan-perusahaan Tiongkok dituduh terlibat dalam spionase industri untuk menyamakan kedudukan dengan perusahaan-perusahaan Barat, sering kali dengan dukungan insentif yang didukung negara dan kurangnya penegakan hukum yang kuat terhadap hukum kekayaan intelektual.
Pengakuan bersalah Hytera bukanlah insiden yang berdiri sendiri, tetapi bagian dari pola pencurian kekayaan intelektual yang jauh lebih besar oleh perusahaan China.
Selama bertahun-tahun, perusahaan-perusahaan AS telah mengajukan sejumlah tuntutan hukum terhadap perusahaan-perusahaan China, menuduh mereka mencuri rahasia dagang dan menggunakannya untuk mengembangkan produk pesaing. Kasus-kasus ini sering kali dikaitkan dengan kekhawatiran tentang persaingan tidak sehat, keamanan nasional, dan perlindungan kekayaan intelektual di dunia yang semakin mengglobal.