Hillary Dukung Obama Batalkan Bertemu Duterte
- U-Report
VIVA.co.id – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat meminta Presiden Filipina Rodrigo Duterte menunjukkan sikap menghargai. Pernyataan itu disampaikan setelah Duterte mengatakan Obama sebagai "anak haram".
Makian yang disampaikan Duterte membuat Obama tersinggung, dan menolak bertemu dengan presiden yang eksentrik itu.
Baik Deplu AS dan Clinton sepakat tak ada dampak serius dalam hubungan Filipina dan AS disaat menguatnya penguasaan wilayah yang diklaim oleh China di Asia. Departemen Luar Negeri AS mengatakan, rencana pertemuan pertama antara Presiden AS Barack Obama dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang harusnya dilakukan di sela-sela KTT Asean di Laos pada Selasa, 8 September 2016 dibatalkan setelah Duterte mengeluarkan umpatan kepada Obama.
Hillary Clinton mendukung keputusan Obama. Mantan Menteri Luar Negeri AS itu menyetujui sikap Obama yang memilih membatalkan rencana pertemuannya dengan Duterte. "Ketika Presiden Filipina menghina presiden kami, sudah selayaknya kita mengatakan, maaf, tak ada pertemuan," ujarnya kepada wartawan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 9 September 2016.
"Kita memiliki hubungan yang lama dan baik antara Amerika dan Filipina. Dan saya rasa ini adalah hubungan yang sangat penting. Namun ada hal yang harus menjadi perhatian, yaitu sikap saling menghargai antara keduanya," ujar Clinton.
Duterte menyampaikan umpatannya pada Obama saat ia menolak diceramahi Obama soal pembunuhan ekstra judisial dalam memerangi narkoba di negaranya. Sejak Duterte meluncurkan kampanye memerangi narkoba, sudah lebih dari 2.400 warga Filipina tewas dibunuh.
Duterte mengaku menyesali ucapannya begitu Obama membatalkan rencana pertemuan bilateral mereka. Gedung Putih kemudian juga mengatakan, Obama mungkin akan berbicara dengan Duterte secara informal.
Meski Obama mengambil sikap tegas, namun Sekretaris Pertahanan AS Ash Carter menjamin insiden itu tak akan melemahkan hubungan AS dan Filipina. "Hubungan kedua negara telah terjalin sejak lama dan masih kuat," ujar Carter pada wartawan.
Seorang pejabat di Departemen Pertahanan AS juga mengatakan, hubungan antar pemerintah AS dan pemerintah Filipina tak akan banyak terganggu. Pejabat tersebut menduga Duterte masih canggung dalam pergaulan dunia internasional. "Mungkin ia masih mencoba menyesuaikan dengan jabatan barunya ini," ujarnya.