Jenderal Hoegeng, Pejuang Integritas dari Mabak
- Buku autobiografi 'Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan'/Pustaka Sinar Harapan
Wanita itu tak kehilangan akal, dengan meminta sejumlah relasinya yang menjadi pejabat penting di Kepolisian, Tentara dan Kejaksaan, untuk melobi Hoegeng agar menghentikan kasusnya.
"Saya hanya terheran-heran atas alasan yang diajukan pada saya. Hukum biarlah tidak tegak atau tidak ditegakkan demi kepentingan beberapa personel pejabat negara, suatu kenyataan yang menyedihkan," kata Hoegeng dalam buku memoarnya.
Penolakan itu dianggap Hoegeng sudah cukup membuat wanita cantik itu menyerah. Tapi beberapa hari kemudian, istrinya, Mery Roeslani, menghubungi lewat telepon bahwa ada tamu mengirimkan banyak hadiah dalam sebuah peti ke rumah.
Ternyata, setelah Hoegeng sampai ke rumah, diketahui bahwa pengirim hadiah-hadiah mahal itu adalah wanita cantik yang berperkara di Kepolisian. Walau berdalih pemberian itu sebagai penghormatan dan bukan suap, Hoegeng tetap meminta istrinya mengembalikan semua hadiah itu ke pengirimnya.
Belakangan Hoegeng mendapat kabar, wanita cantik itu tak segan tidur dengan pejabat demi memuluskan aksi penyelundupannya.
Cukong dan Toko Bunga
Ujian integritas Hoegeng bukan kali ini saja, jauh sebelum menjabat Kapolri, waktu baru menjabat Kepala Reserse Sumatera Utara, Hoegeng pernah mendapat sambutan unik. Ya, setibanya di pelabuhan Belawan, Hoegeng disambut beberapa orang yang belakangan diketahui mereka adalah cukong perjudian.
Para cukong itu sudah menyiapkan mobil dan rumah untuk Hoegeng selama bertugas di Sumut. Tapi, Hoegeng menolak dan lebih memilih tinggal di hotel sebelum mendapatkan rumah dinas.
"Mobil dan rumah itu harap disimpan dulu. Nanti saya beritahu kapan saya memerlukannya. Pokoknya disimpan saja dulu!" kata Hoegeng.
Para cukong itu tak kehabisan akal, setelah rumah dinasnya siap digunakan, Hoegeng dibuat keheranan ketika mendapat laporan dari bawahannya bahwa rumah dinasnya sudah dipenuhi berbagai perabotan rumah tangga lengkap dari para cukong yang menyambutnya di Belawan.
Hoegeng marah dan minta agar cukong itu mengeluarkan semua hadiah perabot rumah tangga di rumah dinasnya. Tapi gertakannya itu tak diindahkan, sampai Ia menyuruh kuli dan anggota untuk mengeluarkan perabot-perabot mahal itu dari rumah dan ditaruh di pinggir jalan.