Cegah Polarisasi, Kornas Formasi Harap Pemilu 2024 Selesai Satu Putaran

Ilustrasi Pemilu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Jakarta - Koordinator Nasional (Kornas) Formasi Syifak Muhammad Yus, menyoroti potensi timbulnya polarisasi yang terjadi setiap gelaran pemilihan umum. Yus menyampaikan, pada dasarnya, polarisasi adalah sesuatu yang sehat dan alami, karena apabila tidak ada partai politik dan pilihan capres-cawapres yang berbeda, maka masyarakat tidak akan memiliki pilihan. 

Namun dia mengingatkan, yang harus dihindari adalah polarisasi yang membelah sesama anak bangsa. Menurutnya saat ini polarisasi dalam kompetisi politik kerap dianggap sebagai bagian dari pertarungan hidup dan mati.

“Tentu kita masih ingat bagaimana kerasnya polarisasi yang terjadi selama proses pemilihan Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 silam, antara pendukung pasangan Anies-Sandi dengan pendukung pasangan Ahok-Djarot,” ujar Syifak dalam diskusi bertajuk “Potensi Polarisasi Antara Kelompok Nasionalis Vs Nasionalis, Satu Putaran Jadi Solusi?" Yang dikutip Selasa, 5 Desember 2023

Massa aksi 212 tuntut Ahok mundur

Photo :
  • Syaefullah/VIVAnews

“Polarisasi terjadi antara kelompok nasionalis yang diisi oleh pendukung Ahok-Djarot dengan kelompok agamis yang di dalamnya terdiri dari pendukung Anies-Sandi. Polarisasi itu terjadi hingga akar rumput, terjadi di perkampungan, komplek, bahkan hingga di gang-gang sempit perkampungan,” sambungnya.

Parahnya lagi, kata Syifak polarisasi itu terjadi bukan hanya di DKI Jakarta, bahkan sampai ke daerah lain yang dekat Jakarta dan masih berlanjut bahkan setelah Pilgub DKI Jakarta selesai. Tentu hal itu menjadi catatan kelam bagi demokrasi bangsa Indonesia. Fenomena itu menunjukkan bahwa demokrasi kita masih belum sehat. 

“Dalam Sejarah politik Indonesia, Polarisasi pernah terjadi pada tahun 1965 antara kelompok nasionalis dengan nasionalis. Pada tahun tersebut, terjadi gencatan senjata antar kedua kelompok yang sama. Keduanya sama-sama mengatasnamakan nasionalisme," urainya.

“Yang kedua, polarisasi antara kelompok nasionalis dengan nasionalis juga terjadi tahun 1998. Masyarakat terpecah belah akibat polarisasi itu. Bahkan telah menimbulkan korban jiwa atas polarisasi yang terjadi pada masa itu,” sambungnya.

Syifak mengatakan Pilpres 2019 antara Jokowi vs Prabowo juga menjadi catatan tersendiri. Masyarakat pendukung Prabowo dengan pendukung Jokowi terbelah hingga akar rumput. Polarisasi ini terjadi lantaran hanya ada dua pasang calon yang mengikuti kontestasi Pilpres di 2014 dan 2019. Artinya, polarisasi itu mutlak terjadi.