Pahami Dinamika Sosial Media yang Multidimensi, Waspada Ideologi Radikal
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Pergerakan netizen yang kritis dari pergerakan Peringatan Darurat, Indonesia Gelap, sampai 17 + 8 harus dipahami dengan jernih oleh semua pihak sebagai dinamika yang multidimensi. Ada keresahan rakyat yang murni dipicu oleh sejumlah kebijakan yang belum sesuai harapan mereka, namun terlihat pula ada pola dari kekuatan tidak bertanggungjawab yang berupaya menunggangi gerakan rakyat yang murni.
Hal tersebut disampaikan oleh Haryo Moerdaning Putro, pakar strategi kampanye digital dalam sebuah tulisan yang diterima awak media, Selasa 7 Oktober 2025.
"Sosial media melahirkan demokratisasi narasi dan membuka ruang partisipasi publik yang belum pernah ada sebelumnya, dan menjadi tempat lahirnya gerakan massa di ranah digital. Hal ini tentu memiliki banyak dampak positif," katanya.
Ilustrasi media sosial.
- www.pixabay.com/LogoStudioHamburg
Namun dari hasil sosial media listening, maupun riset yang ia lakukan, tak bisa dipungkiri adanya potensi ancaman dari pihak-pihak tidak bertanggungjawab dengan ideologi radikal yang justru memanfaatkan gerakan rakyat yang murni sebagai Kuda Troya.
“Apalagi apa yang terjadi di sosial media itu lebih dari yang terlihat di permukaan. Di balik semua postingan kita, ada kekuatan algoritma pemilik platform, lalu ada pula kreator konten dari para influencer besar, influencer mikro, clipper, homeless media, hingga buzzer dan cyber army baik yang organik maupun berbasis mesin yang semuanya bergerak dengan agendanya masing-masing," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan, semuanya ini jika dijahit dengan tepat maka bisa digunakan untuk mengendalikan tren di dunia digital, persepsi netizen, dan pada akhirnya diskursus di tengah masyarakat secara umum. Di tangan yang tepat ini tentu hal yang baik, namun akan sangat berbahaya jika kekuatan ini justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak dengan ideologi radikal.
Menurutnya inilah pentingnya semua pihak untuk melihat situasi terkini dengan jernih dan hati-hati, dari pihak gerakan massa, Pemerintah, aparat penegak hukum, hingga netizen secara umum.
“Gerakan massa yang kritis terhadap Pemerintah harus lebih waspada, jangan sampai gerakan yang murni berlandaskan kepedulian terhadap bangsa dibelokkan oleh pihak tidak bertanggungjawab untuk menciptakan situasi sosial-politik yang tidak kondusif," ucapnya.