Tan Malaka Sang Bapak Republik Dipulangkan ke Kampungnya

Hengky Novaron Arsil (tengah), penerus gelar Datuk Tan Malaka sekaligus generasi ketujuh keluarga besar Sutan Ibrahim Tan Malaka, dalam upacara adat di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, pada Januari 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

Tan Malaka ditangkap bersama beberapa pengikutnya di Pethok, Kediri, Jawa Timur, dan mereka ditembak mati di sana pada Februari 1949. Tak ada yang tahu tempat Tan Malaka dimakamkan selama puluhan tahun.

Misteri pusara Bapak Republik itu akhirnya terungkap berdasarkan penelusuran Harry A Poeze, seorang sejarahwan Belanda yang selama ini meneliti riwayat Tan Malaka. Harry menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI di bawah pimpinan Letda Soekotjo dari Batalion Sikatan, Divisi Brawijaya.

Pada 12 September 2009, berkat petunjuk Harry, sebuah makam yang diduga kuat kuburan Tan Malaka ditemukan di Selopanggung, Kediri. Makam itu kemudian dibongkar oleh tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Berdasarkan hasil uji kerangka, 99 persen jenazah yang ditemukan itu cocok dengan Tan Malaka.

Pemulangan jasad

Jasad Tan Malaka kemudian dipulangkan dari Kediri di Jawa Timur untuk dimakamkan lagi di kampung halamannya di Pandan Gadang, Nagari Suliki, Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Pemakaman ulang itu sebenarnya hanya simbolik karena jasad yang dibawa hanya tanah liat yang diambil dari makam Tan Malaka di Selopanggung, Kediri. Tan Malaka ibarat sudah menunaikan janji utang kepada orang kampung bahwa kelak ia akan pulang ke kampung halaman, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.

Berdasarkan hasil musyawarah Sepakat Alam yang dilakukan majelis beradat, pelepasan delegasi penjemputan dan pemulangan jasad Tan Malaka dilaksanakan selama lima hari pada 13-16 April 2017. Ritual adat itu disebut Khaul Penutup.

Upaya pemindahan makam Tan Malaka agar pemerintah mampu memberikan perhatian lebih besar kepada Sang Pahlawan. Sejak makam Tan Malaka kali pertama ditemukan, pemerintah dianggap kurang peduli. Di Selopanggung, makam Tan Malaka memprihatinkan. Ketika keluarga mulai merenovasi dan mewacanakan pemindahan makam itu, muncullah perhatian dari pemerintah. (mus)