Borosnya Pangan Indonesia dan Anjloknya Daya Saing Bangsa
- ANTARA FOTO / Iggoy el Fitra / pras.
Wayan Supadno mencermati hal itu disebabkan terutama akibat dari biaya produksi (HPP) yang jauh lebih mahal dari negara lain. Akhirnya tiap kali keran impor dibuka maka pasar domestik kebanjiran produk murah dari luar negeri dan produk lokal pun kalah bersaing.
Membumikan Inovasi
Ekonomi biaya tinggi di Indonesia saat ditelisik lebih mendalam disebabkan oleh faktor utama sekaligus sebagai akibat langsung dari inovasi yang belum membumi, infrastruktur produksi yang belum baik merata, bunga bank tinggi, dan lain-lain.
Faktor-faktor itulah yang pada akhirnya membuat bangsa ini terasa sangat lamban dalam mengatasi kemiskinan, dan terjerat pada kondisi biaya hidup yang tinggi.
Dampak berikutnya pembangunan sumber daya manusia juga melambat, padahal hal itu justru merupakan tujuan utama kemerdekaan agar adil dan makmur secara merata.
Wayan Supadno pun mengimbau agar dilakukan upaya untuk mendorong masyarakat supaya mulai menekan biaya produksi serendah mungkin. Akan tetapi, tetap mendapat laba sehat dan mampu bersaing.
Ia pun menilai langkah pemerintah untuk memberikan subsudi nonedukatif yang bersumber dari pajak rakyat atau APBN hanya merupakan solusi sementara.
"Sekali lagi bukan subsidi yang dibutuhkan masyarakat agar bisa bersaing, melainkan inovasi membumi seperti di negara-negara lainnya. Jika tanpa inovasi membumi, ini akan jadi bumerang, dahulu ekspor kini impornya makin besar, seperti gula dan sapi," katanya.
Sayangnya sampai saat ini kata Direktur Institut Agriekologi Indonesia (Inagri) Syahroni, masih terjadi kesenjangan inovasi di bidang pertanian, pelaku pertanian atau petani di Indonesia belum terdukung sumber daya yang memungkinkan hal itu.
Sebagian besar petani di Tanah Air masih konsisten menjalankan pertanian tradisional yang subsisten dan belum terkoorporasi secara modern dan profesional.
Hal itu, menurut Syahroni, yang menjadi faktor utama sehingga SDM pertanian Indonesia belum secara signifikan mampu memacu pertumbuhan produksinya.
Ia pun menyarankan agar inovasi pertanian hadir di lapangan dan dikelola oleh petani terampil dalam bentuk stasiun lapang petani.
Solusi Digital
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sejak 2 tahun silam menginginkan agar ada program kewirausahaan dan digitalisasi sistem pertanian sebagai upaya mewujudkan korporasi petani.