10 Tahun Jokowi, Investasi Hilirisasi Kelapa Sawit RI Tembus Ratusan Triliun

Minyak kelapa sawit (CPO). (Ilustrasi)
Sumber :
  • R Jihad Akbar/VIVAnews.

Adapun Pertamina (Persero) dalam hal ini menerima 9,9 juta kiloliter (kl) B35 pada penerapan ini. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution.

"Akan ada 9,9 juta (kiloliter) yang harus diterima Pertamina nanti di program B35 ini. Kalau di program B30 yang lalu kami terima 8,5 juta kl nanti akan menjadi 9,9 juta kl. Jadi bagi Pertamina kami harus mempersiapkan sebaik mungkin," kata Alfian.

Selain itu, upaya hilirisasi yang sudah dilakukan pemerintah adalah dengan membuat minyak makan merah. Presiden Jokowi sendiri pada Maret 2024 lalu telah meresmikan pabrik minyak makan merah di Desa Pagar Merbau II, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. 

Pabrik minyak makan merah ini menjadi yang pertama di Indonesia ini memiliki kapasitas 10 ton CPO. Jokowi menyampaikan, kehadiran pabrik pertama yang memproduksi minyak makan merah ini diharapkan memberikan nilai tambah signifikan bagi petani sawit. 

”Oleh sebab itu, kita bangun pabrik minyak makan merah, ini yang pertama kali dan ini kita harapkan dapat memberikan nilai tambah yang baik bagi para petani sawit, utamanya yang sudah dalam bentuk koperasi. Jadi, harga TBS (tandan buah segar) tidak naik dan turun karena di sini semuanya diolah menjadi barang jadi yaitu minyak makan merah,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan bahwa pembukaan pabrik ini juga merupakan bagian dari upaya hilirisasi, yaitu proses peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengolahan menjadi produk jadi. 

"Jangan jual TBS, jangan jual CPO, kalau bisa jadikan barang-barang jadi seperti ini. Ini bagus sekali," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Edi Martono mengatakan dengan hilirisasi sawit ini telah membuat produk yang di ekspor RI 90 persen sudah berbentuk olahan, bukan lagi CPO.

Ilustrasi perkebunan kelapa sawit.

Photo :
  • Dok. Istimewa

"Dampak dari hilirisasi saat ini ekspor produk sawit 90 persen sudah dalam bentuk olahan, sudah bukan CPO lahir," ujar Edi kepada VIVA.

Edi menyebut, hilirisasi sawit ini juga telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, serta menarik investasi baru di sektor sawit. Bahkan diperkirakan nilai ekonomi dari hulu ke hilir berkat hilirisasi mencapai Rp 775 triliun pada tahun 2024.