10 UMKM Binaan Pertamina Tembus Pasar Jepang di World Expo Osaka 2025
- Pertamina
VIVA – Produk-produk unggulan UMKM binaan PT Pertamina (Persero) kembali mencuri perhatian dunia. Kali ini, sebanyak 10 UMKM binaan Pertamina diikutkan pada ajang bergengsi World Expo Osaka 2025 yang diselenggarakan di Osaka, Jepang. Dalam pamerannya, produk lokal Indonesia mampu bersaing secara global, sekaligus menjadi kontribusi Pertamina dalam mendorong pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) melalui inovasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menegaskan bahwa keikutsertaan UMKM dalam World Expo Osaka merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian nasional. Melalui pengembangan pasar UMKM, diharapkan pelaku usaha lokal bisa meningkatkan pendapatan dan menggenjot ekonomi desanya. Selain, sebagai tantangan bagi UMKM untuk terus meningkatkan kualitas dan profesionalismenya, sehingga bisa bersaing secara internasional.
“Kami bangga karena UMKM binaan Pertamina dapat tampil di panggung internasional. Ini bukan sekadar partisipasi dalam pameran, tetapi merupakan momentum nyata untuk membuka akses pasar global dan membuktikan bahwa produk lokal mampu bersaing, terutama jika didukung oleh prinsip keberlanjutan,” ujar Fadjar.
Pada Osaka Expo, Pertamina menampilkan total 10 UMKM, memboyong produk dan pengusahanya ke Jepang. Partisipasi ini terbagi dalam dua periode yaitu pada 30 Juni–6 Juli 2025 dan 25–31 Agustus 2025. Pada periode pertama, empat UMKM andalan yaitu Songket Ilham Bahari, Kainnesia, Bali Honey, dan Made Tea. Sementara, pada periode kedua akan hadir Pertenunan Astini, Cap Bali, Kripik Tempe Kahla, Bananania, Dara Baro, dan Apikmen.
Dari berbagai produk yang dipamerkan, Bali Honey menjadi salah satu yang paling menarik perhatian para buyer Jepang. Ismail Marzuki, pemilik Bali Honey, hadir langsung di lokasi untuk memperkenalkan madu unggulannya yang dihasilkan dari hutan tropis Bali, dan dalam waktu dua hari saja, ia berhasil menarik minat tiga pembeli potensial asal Jepang. Salah satunya adalah Kiddo Food, importir asal Osaka yang berencana mengembangkan madu Bali menjadi aneka produk seperti granola, es krim, permen, serta kue khas Jepang seperti dorayaki dan kasutera, dengan estimasi kebutuhan mencapai 30 ton per bulan atau setara hampir Rp30 miliar.
Selain itu, Yamada San, seorang pengusaha Jepang yang tertarik dengan Bali Honey, bahkan telah merencanakan kunjungan ke Denpasar pada September 2025 untuk melihat langsung proses produksi.
Pada tahap awal, Yamada San berniat memesan 10 kubik madu dengan estimasi nilai mencapai Rp850 juta, sebagai langkah awal kerja sama jangka panjang.
Tak hanya dari kalangan lokal Jepang, antusiasme juga datang dari diaspora Indonesia, seperti Teguh Wahyudi, pemilik Sariraya Group yang mengelola sejumlah restoran, mini market, food court dan supermarket halal yang berkantor pusat di Nagoya, Jepang. Selama ini, Teguh telah mendatangkan berbagai produk khas Indonesia seperti tempe, kerupuk, dan makanan kering lainnya. Melihat potensi Bali Honey, ia menyatakan minat serius dengan estimasi kebutuhan mencapai 3 ton atau senilai Rp3 miliar per pengiriman.
Bali Honey akan menjalani proses uji laboratorium oleh PMDA Jepang (Pharmaceuticals and Medical Devices Agency) sebagai syarat ekspor. Setelah proses tersebut rampung, direncanakan penandatanganan kontrak dilakukan dalam kunjungan berikutnya ke Jepang, dengan target produk Bali Honey sudah tersedia di pasar Jepang pada Desember 2025.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa partisipasi ini juga selaras dengan Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran, khususnya dalam upaya meningkatkan perekonomian rakyat dari desa, menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, memperkuat kewirausahaan nasional, serta mengembangkan industri kreatif yang berdaya saing tinggi. Melalui peran aktifnya dalam membina UMKM, Pertamina membuktikan bahwa sinergi antara dunia usaha dan visi pemerintah sangat memungkinkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan menjangkau pasar global.
Osaka World Expo digelar dengan melibatkan 128 negara peserta dan dihadiri oleh lebih dari 31 ribu pengunjung setiap harinya. Acara ini menjadi panggung strategis untuk memperkenalkan potensi Indonesia kepada dunia. Dalam perhelatan ini, Indonesia menghadirkan Paviliun Indonesia dengan mengusung tema “Thriving in Harmony” yang mencerminkan strategi pembangunan berkelanjutan, yakni harmoni antara alam, budaya, dan pertumbuhan ekonomi.