Jangan Lalai Lindungi Data Pasien
- www.pixabay.com/bykst
“Data-data itu sangat rahasia sekaligus berharga. Ingat pula, ancaman bukan hanya datang dari luar, namun juga kalangan internal. Lebih dari 59 persen serangan siber terhadap data itu ternyata dilakukan orang dalam,” lanjut Edwin.
Ia pun mengimbau agar para pemberi layanan kesehatan seperti rumah sakit meningkatkan kewaspadaan, karena tingkat serangan digital itu meningkat 60 persen setiap tahunnya.
- Pixabay
Sebagai informasi, satu tahun pandemi COVID-19 di Indonesia, baik tenaga medis, organisasi profesi dan kesehatan lainnya, memasuki zona bertumbuh setelah sebelumnya melewati zona ketakutan dan belajar. Para pelaku di sektor kesehatan juga berpacu dengan perkembangan teknologi, termasuk digitalisasi, sekaligus berjibaku dengan isu keamanan.
"Awal-awalnya kita gagap, tapi seluruh dunia juga kini telah memasuki tahap konsolidasi. Sangat penting untuk berkomunikasi agar semua pihak tidak berjalan sendiri-sendiri," tutur Ketua Bidang Organisasi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI), Nirwan Satria.
Terlebih, lanjut dia, kondisi Indonesia belum bisa dievaluasi karena tracing rate juga belum sesuai dengan standard Badan Kesehatan Dunia (WHO) sehingga masih harus terus diwaspadai.
"Saya berharap jangan sampai ada gesekan yang tidak penting. Masing-masing organisasi harus punya visi yang sama. Meski sumber daya berbeda, tapi punya potensi untuk bersama-sama menjadi kekuatan di bawah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," paparnya, mengingatkan.