Kejahatan Siber yang Makin Menggila

Hacker.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Kejahatan siber berkembang pesat di masa pandemi COVID-19, namun kasus yang berhasil diselesaikan mandek. Hal ini terjadi di Jerman, di mana kemunculan pandemi telah memicu maraknya kejahatan di dunia maya.

Jawatan Polisi Kriminal Federal (BKA) Jerman dalam laporan tahunan terbarunya mencatat total 108.474 kasus kejahatan dunia maya pada 2020. Jumlah kasus kejahatan siber tersebut meningkat hampir 8 persen dari tahun sebelumnya.

Kepala Departemen Kejahatan Dunia Maya BKA, Carsten Meywirth, memperkirakan sebagian besar serangan dunia maya bahkan tidak dilaporkan. Status Jerman sebagai negara dengan kekuatan ekonomi besar di Uni Eropa menjadikannya target utama bagi para pelaku kejahatan siber dari seluruh dunia.

"Pengaruh Jerman di Uni Eropa dan NATO jelas menjadi target utama kejahatan siber dunia," kata dia, seperti dikutip dari Deutsche Welle, Sabtu, 15 Mei 2021.

Krisis COVID-19 mendorong Meywirth dan timnya untuk makin memperpanjang daftar target kejahatan di internet, dengan portal vaksinasi, platform pendidikan dan server yang digunakan untuk pekerjaan kantor jarak jauh.

Para pelaku kejahatan siber juga mengincar sistem rantai pasokan vaksin. "Kegagalan operasi di satu perusahaan saja dapat berdampak besar pada masyarakat secara keseluruhan," tutur Meywirth.

Ia mengungkapkan, hanya sekitar sepertiga dari total kasus yang berhasil diselesaikan. Salah satu area kejahatan yang sangat dinamis adalah pemerasan digital, menggunakan ransomware untuk mengenkripsi data dan file korban yang kemudian dijadikan sebagai bahan ancaman.

Sementara itu, pakar keamanan IT dari Berlin Foundation for New Responsibility, Sven Herpig menilai, seluruh perkembangan tindak kejahatan siber tersebut tidaklah mengejutkan. "Saya bahkan memprediksi jumlah kasus (kejahatan siber) akan terus naik. Karena, para pelaku ini meraup uang dalam jumlah amat besar," ujarnya.

Infrastruktur penting di Jerman lebih terlindungi oleh hukum dibanding banyak negara lainnya. Masing-masing dari 16 negara bagian memiliki otoritas investigasi kriminal dan badan intelijen sendiri, termasuk pakar keamanan TI yang tahu persis ke mana harus mencari, jelas Herpig.

Namun, Herpig juga mengakui, para penjahat selalu selangkah lebih maju. Ia khawatir upaya untuk meningkatkan pertahanan terhadap serangan siber tidak dipandang sebagai prioritas utama. Tindakan pencegahan untuk mendukung keamanan IT perlu ditingkatkan di banyak sektor, seperti bisnis, kantor pemerintah, dan warga negara biasa.