Gara-gara AirAsia, Traveloka Disorot Media Asing
- Dok. Traveloka
Sama halnya dengan nara sumber yang lain, Lion Air pun tak memberikan respons terkait isu tekanan yang diberikan kepada OTA. Juru bicara Lion Air Danang Mandala Prihantoro tak memberikan respon atas hasil investigasi dari Skift ini.
Sumber Skift.com di dalam industri aviasi Indonesia menduga terjadinya ‘tekanan’ terhadap AirAsia karena tak mau mengikuti kebijakan kenaikan harga tiket yang dilakukan pesaingnya.
“Tidak ada maskapai di Indonesia yang punya strategi penjualan langsung yang kuat, dampaknya mereka tergantung dengan biro perjalanan atau pemain OTA besar setelah terjadi perubahan perilaku belanja ke era online. Maskapai sendiri tak berinvestasi besar dalam skema penjualan online yang dikelola langsung, akhirnya pemain OTA dapat memberikan user experience yang lebih baik bagi konsumen,” kata sumber Skift tersebut.
Singkatnya, pemain OTA yang memang banyak berinvestasi di digital akan mendapat ruang di pasar.
Alhasil, absennya AirAsia menjadikan Lion Air dan Citilink (anak usaha Garuda) sebagai pemilik harga terbaik di Traveloka dan Tiket.com.
Seperti hasil pantauan pencarian tiket pulang pergi Jakarta-Yogyakarta untuk 30 Maret-3 April yang dilakukan Skift pada kedua situs OTA tersebut. Tiket AirAsia tidak muncul, walaupun AirAsia tidak menarik penjualan tiketnya dari Tiket.com.
Sementara hasil pencarian di situs Wego Indonesia untuk rute yang sama menunjukkan tiket AirAsia yang paling murah, tapi tidak tersedia di Traveloka dan Tiket.com.
Opsi lain bagi konsumen adalah Trip.com, Jollytravel, Kiwi.com, Skytours dan Rumbo. Sayangnya ini semua pemain OTA dari luar Indonesia. Skift belum bisa melihat pihak yang diuntungkan atas praktik ini. Yang pasti, konsumen yang pada akhirnya dirugikan.
Dalam catatan Skift, harga tiket rute domestik di Indonesia naik 40 persen hingga 120 persen sejak November 2018.
(sumber: Skift.com)