Pertumbuhan 'Cleantech Startup' di Indonesia Meredup
- GPG International
Instalasi panel surya oleh Xurya Daya.
- Schneider Electric
Terakhir adalah dukungan dalam ketersediaan dan kesiapan akses pasar. Kebijakan pemerintah yang dapat membuka peluang pasar dan menggairahkan konsumen untuk mulai beralih pada solusi teknologi dan produk ramah lingkungan menjadi kunci dalam mengkomersialisasi dan menjadikan cleantech startup menarik di mata investor.
"Indonesia sebagai negara dengan berbagai alternatif dan potensi sumber daya hingga mencapai 3.686 GW memiliki prospek pengembangan EBT yang sangat besar. Cleantech startup Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan membutuhkan dukungan dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan," jelas dia.
Sebagai contoh, Schneider Electric Energy Access (SEEA) dan Schneier Electric Energy Access Asia (SEEAA) yang didirikan pada 2009 dan 2019, merupakan model impact investing yang berpedoman pada sirkularitas dan ekonomi inklusif.
"SEEA dan SEEAA menyatukan berbagai pemangku kepentingan dengan mengajak karyawan dan para mitra bisnis Schneider Electric untuk berinvestasi dan berkomitmen pada pengembangan akses energi bersih yang inovatif dan solusi efiensi energi yang membantu mengurangi kesenjangan energi di dunia," katanya, menegaskan.