Pentingnya Pendidikan untuk Orang Rimba Jambi
- VIVAnews/Ramond Epu
Kunjungan Menteri
Saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Jambi, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim mengunjungi pemukiman Orang Rimba di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun dan bermalam bersama Orang Rimba.
Dalam kunjungannya, Mas Menteri sapaan akrab Nadiem Makariem menyaksikan secara langsung sulitnya Orang Rimba mendapatkan pendidikan bagi anak-anaknya. Mas Menteri menyaksikan langsung Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Bungo Kembang yang juga di dukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Mas Menteri mengatakan pengalaman bermalam bersama orang rimba tidak akan Ia lupakan seumur hidupnya. Ia mengambil pelajaran yang sangat berharga saat bermalam dengan orang rimba mengenai seperti apa pendidikan di pinggiran.
Mas Menteri memberikan apresiasi yang tinggi terhadap guru yang memberikan pendidikan kepada anak-anak Orang Rimba yang harus masuk ke dalam hutan. Sebab sangat sulit untuk memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-anak Orang Rimba yang hidupnya masih berpindah-pindah.
Menurut Mas Menteri, yang dibutuhkan orang rimba untuk menjamin pendidikan anak-anak mereka yakni adanya mata pencaharian. Di mana mata pencaharian adalah kunci permasalahan yang harus ditangani secara lintas sektor, bukan hanya pada Kementerian Pendidikan.
Penghidupan Orang Rimba
Sulitnya Orang Rimba mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak-anak mereka karena sulitnya Orang Rimba dalam mendapatkan penghidupan. Persoalan mendasar yang dialami oleh orang Rimba di Provinsi Jambi yakni kehilangan sumber penghidupan.
Hilangnya sumber kehidupan bagi Orang Rimba setelah hutan-hutan adat mereka beralih fungsi menjadi perkebunan dan hutan tanaman. Dengan ketidakpastian sumber kehidupan, menjadikan Orang Rimba yang kehilangan hutan juga kesulitan untuk melanjutkan hidup mereka serta mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya.
Saat ini sebagian orang rimba hidup dari membrondol buah sawit. Biji-biji sawit yang sudah jatuh dari pohon diambil satu persatu dan dijual untuk membeli bahan pangan. Kondisi tersebut menyebabkan orang rimba sangat rawan berkonflik dengan pemilik konsesi.
Bahkan tak jarang mereka menjadi sasaran kekerasan pihak perusahaan. Di sisi lain, perusahaan lupa bahwa mereka sudah merampas sumber penghidupan orang rimba yang dulunya tinggal di dalam hutan itu sebelum dijadikan perkebunan.
Butuh kesadaran semua pihak untuk memahami kondisi yang dialami orang rimba tersebut. Penyelesaian persoalan terhadap orang rimba harus dilakukan secara multisektor untuk pengakuan hak orang rimba atas lahan.
Manager Program KKI Warsi Robert Aritonang mengatakan untuk dapat memberikan pendidikan yang layak kepada Orang Rimba yang harus dibenahi terlebih dahulu yakni sumber penghidupan bagi Orang Rimba dengan cara mengembalikan hutan-hutan adat Orang Rimba sebagaimana hutan-hutan mereka sebelum perusahaan perkebunan mengubah hutan menjadi perkebunan. (ant)