Burkini dan Busana Muslim yang Kian Mendunia
- REUTERS/Jason Reed
Keputusan Council of State ini diperkirakan akan turut menyeret kota lainnya yang juga menerapkan aturan serupa. Jika para wali kota tidak mematuhi keputusan tersebut, seorang pengacara HAM, Patrice Spinosi, mengancam akan membawa kasus ini ke pengadilan.
Di tengah ramainya perbincangan tentang burkini ini, Carena West justru tak ambil pusing. Pada Kamis, 25 Agustus 2016, perancang busana berusia 30 tahun tersebut justru menyertakan burkini dalam salah satu koleksinya. West berpendapat ia tak melihat burkini sebagai bentuk penindasan agama.
“Mengenakan apa yang ingin Anda pakai adalah pilihan pribadi. Jadi apakah orang mau mengenakannya atau tidak, seharusnya tidak diperdebatkan,” ucap wanita yang lebih banyak merancang bikini ini.
West pun mengungkapkan alasannya merancang burkini. Keselamatan saat di air ternyata merupakan salah satu faktor yang memotivasinya untuk mendesain burkini. Selama ini, ia melihat wanita di Timur Tengah berenang mengenakan burqa dan dikhawatirkan bisa membahayakan keselamatan.
Ditemukan pertama kali di Australia
West bukan satu-satunya desainer yang mendesain burkini. Awalnya jenis pakaian renang ini dirancang oleh Aheda Zanetti, desainer asal Australia. Zanetti yang telah tinggal di Negeri Kanguru selama lebih dari 40 tahun merancang burkini setelah melihat sang keponakan yang mengenakan hijab kesulitan mencari pakaian yang tepat untuk netball games di sekolahnya.
Ide untuk merancang burkini kemudian terbesit di kepala Zanetti. Pada tahun 2004, Zanetti mendesain burkini untuk pertama kali. Tujuannya, agar wanita Muslim tetap bisa melakukan olahraga air dan aktivitas lainnya sambil tetap mengenakan pakaian tertutup.
“Burkini awalnya dirancang untuk kebebasan, fleksibilitas, dan kepercayaan diri. Burkini dirancang agar bisa berintegrasi ke dalam masyarakat Australia,” kata Zanetti kepada kantor berita Reuters.
Desainer Burkini Aheda Zanetti di salah satu toko pakaiannya di Sydney, 23 Agustus 2016. Foto: REUTERS/Jason Reed
Zanetti menilai bahwa banyak pihak salah persepsi dengan burkini. Menurutnya, burkini bisa dikenakan oleh siapa saja, terlepas dari agama yang dianut. “Saya harap mereka memahami bahwa burkini tidak melambangkan apa pun. Siapa saja bisa mengenakannya dan tidak merugikan,” ucap wanita keturunan Lebanon tersebut.