Anak Terlanjur Kurang Gizi dan Rentan Stunting, Pakar Anjurkan Makan Ini Moms!
- Freepik/gpointstudio
Ilustrasi ibu dan anak atau parenting.
- Pixabay
Dalam kesempatan itu juga, Dokter Anak Konsultan Neonatologi, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K) menjelaskan bahwa Bayi dengan kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masuk ke dalam bayi yang berisiko tinggi mengalami tengkes atau stunting. Indonesia menempati peringkat ke–5 tertinggi angka kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dari 100 bayi yang lahir, terdapat 10 bayi lahir secara prematur dan 7 bayi dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
"Berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang, 32,5 persen kasus tengkes disebabkan oleh kelahiran prematur dan 20 persen kasus tengkes di Indonesia disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Bayi lahir prematur berisiko untuk mengalami developmental delay, gangguan kognitif, kesulitan belajar dan gangguan perilaku," tambahnya.
Prof Rina menganjurkan agar bayi rutin diukur lingkar kepala, berat badan dan panjang badan rutin sebagai upaya deteksi dini tengkes atau stunting. Dan untuk mendatanya, orang tua dapat menggunakan aplikasi PrimaKu yang merupakan aplikasi tumbuh kembang anak di Indonesia hasil kerja sama antara IDAI dan Kementerian Kesehatan RI.
"Dengan demikian, kita dapat segera melakukan intervensi jika ada risiko atau tanda-tanda tengkes pada bayi,” tandas Dr. Rinawati Rohsiswatmo.