Dari Sekolah Turun ke Jalan
- VIVA/M Ali Wafa
Mendikbud Muhadjir Effendi mengaku tak melarang aksi para pelajar. Tapi ia sangat mengkhawatirkan anak-anak tersebut diperalat oleh kepentingan tertentu. Menurut Mendikbud, anak-anak tersebut harus dijauhkan dari provokasi yang bisa mengancam keselamatan jiwa mereka.
Ia mengatakan anak-anak tersebut boleh berunjuk rasa atas nama Kebebasan berekspresi. "Setiap orang dijamin kebebasannya berekspresi. Tapi kan ekspresinya harus dilihat dari berbagai aspek termasuk usianya, kemudian apa yang diekspresikan, kemudian risiko konsekuensi," ujarnya.
Ia memilih mengecek lebih dulu aspirasi anak-anak itu. Kalau memang terkait dengan yang dipahami anak-anak dan berasal dari pikiran mereka yang jernih dan tidak punya niat anarkis, termasuk kemungkinan dipengaruhi secara negatif oleh pihak lain maka hal tersebut sangat diizinkan.
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, mendukung penuh pelajar yang turun ke jalan. Ia merasa heran dan bingung, juga kecewa berat jika pelajar tidak boleh berpendapat, dan menyampaikan aspirasinya di depan umum.
"Coba apa alasannya? Ngawur kalau pelajar tidak diperbolehkan menyampaikan pendapat dan suaranya di depan umum," ujarnya kepada VIVAnews, Kamis, 3 Oktober 2019. Baginya, ratusan pelajar turun ke jalan menjadi fenomena yang menarik perhatian.
Ia mencermati motivasi anak-anak tersebut datang dengan berbagai agenda. Ada yang polos, ada yang datang hanya sekadar hura hura, ada juga yang datang dengan semangatnya untuk melampiaskan hobi tawurannya untuk aksi demonstrasi. Ia juga menduga, ada mungkin sebagian di mobilisasi aktor elite dan dijanjikan uang transportasi.
Tapi ia mengaku melihat lebih banyak mereka datang dengan niat murni tanpa bawa embel-embel dan kepentingan apapun, kecuali semangat mereka ingin melihat negara maju ke depannya.
Demo pelajar berujung ricuh di Palmerah
Bagi Pangi, satu hal yang menggerakkan anak-anak itu adalah matinya keadilan di negeri ini. Ia menampik anak-anak tersebut tak paham isu. Anak pelajar sekarang, ujar Pangi, pengetahuan politiknya jangan dianggap rendah. Mereka juga sering memantau kondisi politik, ekonomi dan hukum Indonesia via Twitter, sehingga mereka juga tercerahkan dan bisa melihat realitas dan fenomena politik yang terjadi selama ini.