Ekonomi RI Menusuk Dunia
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
Baca juga: 500 Ekonom Yakin Ekonomi Dunia Meroket Tahun Ini
Dalam periode tersebut, kontribusi Indonesia ke produk domestik bruto (PDB) secara nominal juga terus bertambah dari US$160 miliar menjadi US$941 miliar. Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada tahun ini.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira kepada VIVA berpendapat, dengan mulai pulihnya kondisi ekonomi global dan merangkak naiknya harga komoditas saat ini, bukan hal yang mustahil kontribusi Indonesia sesuai dengan perhitungan Bank Dunia, bahkan bisa lebih besar.
"Seharusnya porsi PDB Indonesia di dunia bisa lebih dari 3 persen," ujarnya, Rabu 24 Januari 2018.
Namun dengan catatan, Indonesia bisa memanfaatkan sentimen positif ekonomi global tersebut. Minimal, RI harus bisa tumbuh sekitar 7 persen untuk memberi kontribusi lebih terhadap ekonomi global.
"Jika saat ini ekonomi hanya tumbuh 5,05 persen, artinya Indonesia belum optimal memanfaatkan tren pemulihan ekonomi global," katanya.
Tantangan dan Pekerjaan Rumah
Untuk lebih dalam menancapkan taring di perekonomian dunia, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintahan RI ke depannya. Catatan Indef, sedikitnya ada tiga hal yang masih harus digenjot kinerjanya.
"Investasi dan ekspor. Kemudian sektor industri manufaktur, pertumbuhannya harus di atas pertumbuhan ekonomi dan porsinya minimal 25 persen terhadap PDB (nasional)," tuturnya.
Terkait ekspor dan investasi, lanjut Bhima, saingan utama Indonesia saat ini adalah India. Kontribusi kedua sektor itu dalam pertumbuhan ekonomi nasional minimal harus mampu ditingkatkan menjadi masing-masing 10 dan 12 persen.
"Setidaknya ekspor perlu tumbuh rata rata 10 persen dan investasi 12 persen dalam 3 tahun ke depan untuk menyaingi posisi India," katanya.
Selain itu, menurutnya, RI harus lepas dari ekonomi berbasis konsumsi dan beralih ke sektor yang lebih produktif dan berdaya saing. Dalam hal ini kuncinya mendorong sektor industri, sehingga produk lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Saat ini 56 persen porsi PDB didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Ini yang membuat impor terus mengalami kenaikan," ungkapnya.
Meningkatnya kontribusi China dalam perekonomian dunia, kata Bhima, bisa dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan ekspor Indonesia. Apalagi, konsumsi domestik China terus meningkat saat ini.