Saat Teknologi 'Mempermudah' Ujian Nasional

Siswa tingkat SMA saat mengikuti ujian nasional berbasis komputer, Senin, 3 April 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zulfikar Husein

Meski begitu, kesulitan serupa tidak dialami siswa yang mengikuti UNBK gelombang dua dan tiga. Proses UNBK mereka berjalan lancar.
 
Edy memastikan, meski jadwal UNBK untuk 32 siswa ini diundur menjadi gelombang keempat, mereka tidak akan bisa mendapatkan jawaban dari para siswa yang mengikuti gelombang sebelumnya. "Untuk kebocoran tidak ada, soal berbeda satu sama lain jadi aman meski mundur," katanya.

Sementara itu, keterbatasan prasarana membuat tidak semua sekolah memfasilitasi ujian nasional berbasis komputer. Kondisi ini juga dirasakan di Kabupaten Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Hanya delapan sekolah yang menggelar ujian nasional berbasis komputer.

“Tahun ini kami baru mampu delapan sekolah yang ikut UNBK. Sisanya masih manual ujian nasional secara tertulis seperti sebelum-sebelumnya,” ujar Wali Kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya, Senin 4 April 2016.

Di salah satu sekolah, SMA Negeri 1 Lhokseumawe, bahkan terpaksa menerapkan sistem bergiliran untuk siswa mereka. Dalam satu hari pelaksanaan ada tiga gelombang siswa yang ikut ujian nasional.

Jadi, satu hari ada tiga ronde, siswa saling bergantian ikut UN. "Pukul 08.00 hingga 10.00, kemudian masuk yang pukul 10.00 hingga 12.00, dan seterusnya,” ujar Kepala SMA Negeri 1 Lhokseumawe Nurasma.

Sekolah unggul ini hanya mampu menyediakan 150 komputer. Sementara itu, siswa kelas III yang ikut UNBK di sekolah tersebut berjumlah 429 siswa.

Di Kota Bogor Jawa Barat, UN berbasis juga sempat diwarnai lambannya koneksi internet. namun, Kepala Seksi Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Bogor Jajang Koswara mengaku secara keseluruhan pelaksanaan UN Berbasis Komputer yang diikuti 28 sekolah berjalan lancar.

Selanjutnya...Jaminan Pasokan Listrik

Pasokan Listrik

Selain kestabilan jaringan internet, UN Berbasis Komputer juga membutuhkan kesiagaan pasokan listrik. Sejumlah sekolah pun menyiapkan genset guna mendukung pelaksanaan UN Berbasis Komputer.

Di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, misalnya. Dari 50 SMA, tujuh di antaranya melaksanakan ujian berbasis komputer. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya ada satu sekolah yang menggelar UN dengan cara ini.

Namun, karena menggelar UN Berbasis Komputer, ketujuh sekolah itu terpaksa menyiapkan genset untuk mengantisipasi pemadaman listrik yang kerap terjadi di daerah itu.