Menanti Gelontoran Investasi dari Eropa
- Biro Pers Istana
Indonesia, kata dia, sangat membutuhkan kontribusi dari sektor teknologi guna menopang perkembangan industri dalam negeri yang sampai saat ini masih belum memiliki fasilitas teknologi yang mumpuni, terutama di sektor manufaktur.
“Saya kira jika bisa diimplementasikan, bisa jauh mendorong lagi industri manufaktur dan industri obat-obatan yang saat ini memang masih berkembang,” ujar Josua, saat berbincang dengan VIVA.co.id, Senin, 18 April 2016.
Di tengah kondisi perekonomian dunia yang masih penuh dengan ketidakpastian, Indonesia berpotensi terpengaruh berbagai sentimen negatif dari ekonomi global.
Karena itu, masuknya aliran modal investasi ke dalam negeri diharapkan mampu mengompensasi hal itu.
“Jadi bagaimana kesempatan kerja sama ini bisa dimanfaatkan untuk melengkapi kekurangan yang kita miliki, guna memperkuat daya saing,” katanya.
Langkah pemerintah yang merevisi daftar negatif investasi (DNI) beberapa waktu lalu pun dianggap mampu menarik minat investor menanamkan modalnya di dalam negeri.
“Artinya investor sudah akan tahu sektor mana saja yang mereka bisa masuki. Arahan pun menjadi sangat jelas,” katanya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, sebelumnya telah membuka kesempatan kepada investor Jerman untuk menanamkan modalnya di bidang usaha farmasi, salah satunya adalah sektor obat-obatan.
Tawaran ini usai Darmin menerima kunjungan dari Menteri Pangan dan Pertanian Jerman, Christian Schmidt, beberapa waktu yang lalu.
“Kami sudah membuka 100 persen investasi untuk asing. Jadi ini peluang kita memperkuat industri obat-obatan Tanah Air,” kata Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman.
Peluang ini, akan dibicarakan kepada Kanselir Jerman dan para investor Jerman yang bergerak di sektor farmasi. Meski belum ada kepastian berapa nilai investasi yang siap digelontorkan, nilai perdagangan antara Indonesia dan Jerman pun selama ini berada di kisaran US$6-7 miliar.
Angka tersebut disumbang dari beberapa merek terkenal di negara tersebut yang memang sudah menghiasi pasar Tanah Air.
Artinya, Jerman bukanlah kali pertama mencoba untuk menjajakan produknya di Indonesia. Potensi besar pun sangat dimungkinkan jika Jerman tertarik menanamkan modalnya di dalam negeri.