Pameran Tunggal Lukisan Penjara Hati Nuraeni HG Bagian dari Presentasi Diri Pengalaman Hidup

Pameran Tunggal Lukisan Penjara Hati Nuraeni HG
Sumber :
  • Istimewa

Pameran Tunggal Lukisan Penjara Hati Nuraeni HG

Photo :
  • Istimewa

Rizki A. Zaelani selaku kurator pameran, mengatakan bahwa bagi seorang Nuraeni HG, bisa jadi, lukisannya adalah sebuah bidang kiasan tentang ‘penjara hati.’ Bidang lukisan yang diperkenalkan pada Nuraeni, disekitar akhir tahun 1960’an, adalah bidang imajinasi tentang ‘jendela’ yang justru mengunggulkan cara-cara penggalian dan pengungkapan dunia-dalam diri manusia. 

Nuraeni tak menghayati jendela lukisan sebagaimana para pelukis pemandangan alam membayangkan hamparan keindahan alam yang terletak ‘di balik’ bingkai kanvas lukisan. 

Lebih lanjut menurut Rizki, Nuraeni belajar mengenal dan memahami bahwa pokok yang molek dalam ekspresi sebuah lukisan justru adalah kesatuan kekuatan hidup yang dipancarkan oleh interaksi kehidupan orang-orang biasa diantara hamparan alam yang tidak hanya indah tetapi juga mengandung misteri hidup yang tak terukur. 

Cara belajar Nuraeni membiasakan dirinya untuk memahami gambaran dinamika kehidupan orang-orang biasa sebagai wujud pernyataan ekspresi seni yang tidak biasa.

Nuraeni belajar melukis langsung dari seorang pelukis yang dianggap oleh para sejarawan seni sebagai salah satu bagian dari tiga sosok penting yang membentuk perkembangan seni lukis Indonesia, yaitu: Sudjojono, Affandi, dan Hendra Gunawan. 

Lukisan-lukisan Nuraeni adalah imajinasi tentang sebuah bidang lukisan sebagai jendela, yang dipahami secara jelas dan langsung sebagai ruang dan dinding penjara yang memisahkan dirinya dengan realitas hidup yang dipahami oleh masyarat secara umum. 

Ruang dan dinding-dinding penjara memisahkan Nuraeni dari ‘pemandangan’ tentang keluarga, teman-teman yang pernah dikenalnya, alam tatar Parahiyangan yang indah, atau realitas hidup keseharian mayarakat. 

Tidak semua orang diharuskan untuk menjadi terbiasa menghidupi jeruji pemisah antara hidup yang dijalani dengan realitas bebas di luarnya. Bagi Nuraeni sebagaimana juga guru melukisnya, penjara justru adalah perluasan dari manifestasi ‘rumah ke-diri-an’ atau ‘dunia-dalam’ yang memiliki jendela untuk melihat keluar, membayangkan bagaimana kebahagiaan hidup orang-orang biasa ‘di luar sana.’ 

Dinding dan jendela penjara Kebon Waru adalah tapal batas yang memisahkan Nuraeni maupun sang guru untuk ‘melihat’ pemandangan tentang kebahagiaan orang-orang biasa dalam keseharian hidup mereka.

Menariknya juga menurut Rizki, sebagai sebuah pengalaman, Nuraeni tak hanya menerima ‘turunan’ format bentuk-bentuk dan cara-cara komposisional bidang gambar dari Hendra Gunawan; ia juga kemudian manafsirkannya menjadi cara membentuk dan mengkomposisikan bidang gambar berdasarkan dunia perasaan yang dialaminya sendiri.