Viral, Kisah Mistis Konser di Desa Gaib di Kaki Gunung Merapi

Erupsi terbesar Gunung Merapi tahun 2010
Sumber :
  • ANTARA/Anis Efizudin

Menemukan lokasi misterius

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 9 malam, Sofi dan rombongan bertemu dengan sekumpulan pria. Mereka pun segera bertanya lokasi kediaman Pak Tugiono. “Pak, rumahnya Pak Tugio di mana ya?,” – “Pak Tugio? Loh ya iki (ini) rumahnya,” jawab sekumpulan pria itu

Sofi mengaku, sebelum mereka bertanya, ia tidak melihat satu banguan pun di sana. Namun, setelah sekumpulan pria menjawab ‘loh iki’ Sofi melihat ada dua rumah yang saling berhadapan.

Kondisi rumah warga yang hangus terbakar dampak erupsi Gunung Sinabung, di Desa Gamber, Karo, Sumatera Utara, Minggu (22/5/2016).

Photo :
  • ANTARA/Irsan Mulyadi

Ia mengaku merasa aneh dengan tempat tersebut, lantaran kondisinya yang sudah tidak terurus dipenuhi jaring laba-laba dan debu yang tebal. Ditambah lagi, lokasi saat itu sangat sepi, tidak ada tanda-tanda pesta pernikahan.

Mereka disambut oleh seorang ibu yang menawarkan teh hangat dan air mineral dengan kemasan yang beredar tahun 90-an. Ketika mencicipi teh, Sofi mengaku teh tersebut memiliki rasa yang sangat aneh.

Setelah membasahi kerongkongan dengan air, Sofi izin untuk merapikan pakaian. “Kondisi di dalam rumah, ada dua kamar saling berhadapan,” jelasnya

Saat itu Pak Tugiono sempat berpesan agar Sofi tidak membuka kamar sisi kanan. Namun, ia mengaku sempat membuka pintu sisi kanan. Dalam ruangan ia melihat seorang wanita berambut panjang yang menyeramkan.

Aku langsung tutup, langsung ke kamar sebelah kiri. Di dalam kamar kiri ada Kasur kapuk warnanya udah cokelat, kotor dan berdebu” tambahnya

Ilustrasi - Kondisi hujan abu tipis dampak erupsi Gunung Merapi yang didokumentasikan oleh warga di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Minggu, 8 Agustus 2021.

Photo :
  • ANTARA

Anehnya, lanjut dia, baru beberapa menit masuk ke dalam kamar, pintu kamar diketuk oleh seseorang yang memintanya bergegas. “Ayuk cepet cepet, acara udah dimulai,”

Sofi menerangkan bahwa saat mereka sampai di sana penerangan sangat minim, namun setelah ia keluar dari kamar, di luar sudah ada panggung, tata lampu, rombongan para tamu dan sound system yang telah terpasang.

Tiba-tiba udah ada panggung, lampu, orang duduk, kapan mereka cek sound systemnya” ungkapnya heran.

Penontonnya juga sangat banyak terdiri dari bapak bapak di bagian depan panggung dan ibu-ibu di sisi samping dan belakang panggung. “Mereka tatapannya kosong semua,” kata Sofi