Kerak Telor, Warisan Kuliner Nusantara Khas Betawi
- VIVAnews/Fernando Randy
Tidak ada waktu untuk menunggu makanan yang sedang dimasak juga menjadi salah satu masalah yang sering dihadapi warga ibukota yang memiliki kegiatan super sibuk. Serta gaya hidup yang terpengaruh budaya luar sehingga sering mengonsumsi fast food.
Jayadi sudah hampir belasan tahun menjadi pedagang kerak telor. Selain untuk menghidupi keluarganya, dia juga ingin melestarikan warisan kuliner nusantara yang mulai tergerus zaman. Dia berharap semoga kerak telor yang notabenenya adalah ciri khas ini tidak punah. Berharap bisa dikenal sampai mancanegara. “Saya berdagang kerak telor hampir 20 tahun,” ujar pria asli Betawi ini.
Setiap dia mengikuti kegiatan-kegiatan seperti hajatan atau pasar malam, dagangan pasti selalu habis dibeli pembeli yang rindu akan cita rasa makanan khas Betawi. Dengan merogoh kocek sekitar 18 ribu sampai 25 ribu rupiah saja kita sudah bisa menikmati kelezatan kerak telor. Ada telur bebek dan telur ayam, pembeli bebas memilih telurnya.
Lewat berdagang kerak telor, Jayadi dapat menyekolahkan ketiga anaknya hingga bisa lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan. Tak hanya kerak telor, pria ini bercita-cita untuk melestarikan kuliner khas Betawi lainnya. Seperti dodol betawi, soto betawi, dan masih banyak lagi keragaman kuliner khas Betawi.
Di era digital seperti zaman sekarang, secara tidak langsung sudah membantu kelestarian warisan kuliner nusantara. Lewat sosial media banyak orang yang membagikan gambar ataupun video tempat makan yang dikunjunginya. Khususnya makanan-makanan khas nusantara. Sekarang sudah banyak menjamur vlogger atau istilah lainnya orang-orang yang sering menayangkan kegiatan kulineran. Banyak vlogger memposting makanan yang mulai tergerus zaman. Saat mereka temui pedagang itu, pasti mereka akan merekam video itu lalu membagikan postingan tersebut ke khayalak luas. Mereka semua turut ambil bagian terhadap pelestarian kuliner.
Selain para vlogger, ada juga para pedagang yang selalu setia berdagang makanan kerak telor ini. Rata-rata mereka telah memasuki usia hampir 50 tahun dengan banyak pengalaman yang telah dilewati. Jayadi contohnya. Dia tetap setia berdagang kerak telor meski lama-kelamaan peminatnya semakin berkurang. Walaupun saat acara tertentu, penikmat kerak telor selalu saja datang ke gerobak pikulnya.