Kisah Penjual Sate Keliling di Stasiun Depok Lama
Penjual sate ini tinggal di daerah pemukiman Kelapa Dua, Depok. Awalnya ia tinggal di Cibubur, namun karena masalah ekonomi, ia pun pindah ke Kelapa Dua Depok karena ada rumah kontrakan dengan harga yang sangat terjangkau di sana. Ia tinggal bersama dua orang anak perempuannya, Siti dan Ayu. Mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Depok.
Siti berada di bangku Sekolah Dasar kelas 6, sedangkan Ayu masih di kelas 2. Tak lepas dari itu, kedua anaknya sering mendapat bully-an dari teman sekelasnya. Mereka sering mengolok-olok Siti dan Ayu sebagai anak seorang pedagang sate keliling. Padahal, di balik bully-an tersebut ada perjuangan yang sangat keras yang dilakukan orang tuanya.
Bapak berparas lelah ini sudah ditinggal istrinya sejak empat tahun silam. Karena sang istri tidak suka dengan pekerjaan Pak Rachmat yang kurang menghasilkan. Istrinya pun akhirnya meninggalkan Pak Rachmat bersama kedua anaknya.
Kabar terakhir, Syifa, mantan istrinya ini, sudah menikah lagi dengan duda lain di daerah Jagakarsa dan sudah memiliki tiga orang anak. “Syifa sudah nikah sama duda di Jagakarsa kata tetangga saya. Anaknya sudah tiga dan masih kecil-kecil,” ujarnya dengan nada yang menurun mengungkapkan perasaan sedih.
Pak Rachmat hanya bersekolah hingga bangku SMP. Bukannya tidak mau bekerja kantoran, ia sudah banyak melamar pekerjaan sebagai kasir atau sebagai kurir di sebuah jasa antar barang, namun tidak membuahkan hasil. Oleh karena itu, ia hanya bisa menjual makanan dan minuman saja di daerah yang ramai seperti pasar dan stasiun kereta.
Bapak bertopi bundar ini pernah bekerja di sebuah pabrik saus, namun hanya berlangsung selama 11 bulan. Ia berhenti karena di PHK oleh perusahaannya yang akan terancam bangkrut karena tersandung kasus saus berbahan kimia yang pada saat itu sedang marak diberantas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Setelah di PHK, ia mulai berpikir kalau peluang dalam berjualan di tempat yang ramai mungkin akan menguntungkan. Namun sayangnya, tidak semua sesuai dengan perkiraannya. Pertama kali ia berjualan di Pasar Jatinegara, ia diusir oleh preman karena tidak tahu jika harus membayar uang keamanan.