Peta Koalisi Hingga Figur Kuat Menjelang Pilkada Bangka 2025

Foto bersama Ahmad Doli Kurnia
Sumber :
  • istimewa

Bangka Belitung, VIVA- Kemenangan telak kotak kosong pada Pilkada Kabupaten (Kab) Bangka 2024 sebesar 67.546 suara (57,25 persen) dibanding pasangan calon tunggal Mulkan-Ramadian yang memperoleh 50.443 suara (42,75 persen), membuat para tokoh asal Kab Bangka berpeluang untuk diusung sebagai kepala daerah kabupaten ini, 26-28 Juni 2025. 

Hal itu diungkapkan oleh Ibrahim, pakar politik dari Universitas Bangka Belitung (UBB). “Saya menangkap kesan ada serba keraguan dari partai politik (parpol). Partai nampaknya belajar banyak dari kegagalan mengusung calon tunggal di Pilkada 2024 yang dimenangkan oleh kotak kosong. Pada saat yang sama, para bakal calon yang ada sepertinya juga penuh keraguan,” papar Ibrahim.

Belum adanya pasangan calon independen, menurut guru besar Ilmu Politik UBB ini, juga menandakan tidak ada calon yang betul-betul konfidensial. Hal ini pun menjadi isyarat bahwa kandidat yang berelektabilitas tinggi dianggap belum cukup memadai jika tidak didukung oleh mesin partai politik yang mumpuni, karena keduanya bersifat linier satu sama lain. 

“Memang banyak bakal calon bermunculan, namun hal utamanya adalah kegalauan partai politik, kekhawatiran calon soal peta koalisi yang amat rapuh, serta kemampuan finansial dalam menembak partai yang nampaknya samar-samar,” imbuhnya. 

Peta koalisi parpol 

Bila merujuk komposisi kursi partai politik di DPRD Kabupaten Bangka 2024-2029, maka ada 3 partai politik yang telah memenuhi syarat 10 persen suara sah hasil Pemilu Legislatif (Pileg) yang sebesar 186.345 suara untuk pencalonan calon kepala daerah di Pilkada. 

Ketiganya adalah PDI Perjuangan, Gerindra, dan Golkar. Rinciannya: PDIP sebanyak 9 kursi dengan total 44.457 suara, Gerindra 4 kursi dengan total 26.398 suara, dan Golkar sebanyak 4 kursi dengan total 24.622 suara.  

Memang ada dua parpol lain yang memperoleh lebih dari 3 kursi di DPRD Bangka, tetapi perolehan suara sah pada Pileg 2024 tidak memenuhi kuota pencalonan kepala daerah. Keduanya adalah Demokrat dengan total 17.673 suara yang memperoleh 5 kursi dan NasDem sebesar 18.038 suara dengan 4 kursi.

Mengacu data tersebut, hanya PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar, yang dapat mengusung pasangan calon tunggal sendiri tanpa jalur koalisi. Sejauh ini ketiga parpol ini tengah saling menjajak koalisi melalui fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat (DPP) masing-masing.  

Koalisi ketiganya mempertimbangkan paket pasangan calon pada dua Pilkada sekaligus. Selain Kab Bangka, juga Kota Pangkalpinang yang menyelenggarakan Pilkada 2025 setelah kemenangan kotak kosong di dua daerah ini. 

Informasi yang diterima VIVA, pada Pilkada Pangkalpinang 2025, Golkar bersedia menjadi calon wakil wali kota dan Gerindra menjadi calon wali kota. Gantinya, Golkar akan bersedia menjadi calon bupati dan Gerindra menjadi calon wakil bupati Bangka. 

Demikian pula dengan PDI Perjuangan yang berencana kuat berkoalisi dengan Gerindra. Kabarnya, DPP Gerindra mempertahankan calon bupati Bangka dari mereka, kemudian bersedia untuk menjadi wakil wali kota Pangkapinang. 

Kabar tersebut diteguhkan melalui pertemuan ‘Jakarta’ antara Rudianto Tjen, Wakil Bendahara Bidang Internal DPP PDI Perjuangan, dan Ahmad Muzani, Sekjen DPP Gerindra, beberapa bulan lalu. 

Di luar ketiga parpol besar itu, ada 4 parpol lain yang ingin menjadi poros koalisi dalam perhelatan Pilkada Bangka 2025. Mereka adalah kelompok partai menengah, terdiri dari Demokrat (5 kursi), NasDem (4 kursi), PKS (3 kursi), dan PKB (3 kursi). 

Sejauh ini keempat parpol tersebut tengah saling menjajaki koalisi satu sama lain. Meski demikian, mereka juga masih membuka kemungkinan untuk masuk ke dalam poros koalisi parpol besar: PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar.    

Peta kandidat dari parpol besar

Meski waktu pendaftaran sudah dekat, hingga kini ketiga partai besar di Kab belum menetapkan nama-nama calon yang diusung pada Pilkada 2025 secara definitif. 

Informasi yang diterima VIVA, sebagai partai pemenang Pilpres 2024, Gerindra akan mengusung Fery Insani sebagai calon bupati Bangka. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ini telah mengundurkan diri dari Aparatur Sipil Negara (ASN) per April 2025 demi maju sebagai calon bupati. 

Jika tidak ada aral rintang, PDI Perjuangan akan mengusung Syahbudin, kader murni partai ini yang juga wakil bupati Bangka 2018-2023, untuk berpasangan dengan Fery Insani dari Gerindra. 

Informasi tersebut juga diteguhkan dari adanya kartu tanda anggota (KTA) Gerindra yang diterbitkan oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra Kab Bangka untuk Fery Insani, tetapi sampai sejauh ini KTA tersebut belum diberikan kepada yang bersangkutan, karena keberadaan Fery belum menjamin kontribusi untuk Gerindra periode 2024-2029 ini. 

Meski demikian, PDI Perjuangan pun masih membidik Fery Insani sebagai calon bupati Bangka, antisipasi Gerindra tidak menetapkan Fery.  

Jika hal itu terjadi, anggota DPRD Kab Bangka dari Fraksi Gerindra, yang awalnya berpeluang menjadi calon bupati atau wakil, bakal tersisih. Mereka adalah Taufik Koriyanto, anggota DPRD Bangka 2 periode yang juga mantan Ketua DPC Gerindra Kab Bangka, serta Mendra Kurniawan, anggota DPRD Bangka 3 periode.

Desas-desusnya, Taufik dan Mendra, bersedia maju sebagai calon wakil bupati Bangka berkoalisi dengan Golkar, tetapi hal ini tetap ditentukan oleh kebijakan partai di tingkat pusat. 

Nama yang mereka bidik adalah Fauzan Azima, salah satu tokoh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang juga simpatisan Partai Golkar.  
   
Menurut sumber VIVA dari sejumlah pengurus DPC Gerindra Kab Bangka, DPD II Golkar Kab Bangka, DPD I Golkar Provinsi Keplauan Babel serta sejumlah aktivis tokoh Babel di Jakarta, Kab Bangka pada periode kedepan mesti dipimpin oleh tokoh Babel yang telah malang-melintang berselancar di panggung pembangunan nasional.  

“Varibel berpengalaman di tingkat nasional penting, biar Kab Bangka tidak selalu pada posisi ‘katak dalam tempurung’, pemimpin daerahnya sulit mengaskses sumber-sumber daya potensial dan sumber keuangan di tingkat pemerintahan pusat,” papar Aswadi As’an,  mantan wartawan senior salah satu televisi nasional asal Kec.Mendobarat Kab Bangka. 

Selain itu, lanjutnya, masa depan Kab Bangka perlu penyegaran melalui tokoh yang visioner serta tidak terlibat dengan permasalahan di masa lalu. Di matanya, Fauzan Azima memenuhi kedua kriteria itu. “Fauzan cocok dan tepat dengan permasalahan Kab Bangka sekarang. Pekerjaan rumah (PR)nya adalah kendaraan politiknya,” imbuh Aswadi.  

Terlepas dari berbagai penilaian tersebut, jika Gerindra resmi berkoalisi dengan PDI Perjuangan, maka Golkar tampaknya akan berkoalisi dengan partai-partai menengah atau ada kemungkinan untuk maju secara tunggal. 

Calon yang berpeluang dari Golkar 

Kemungkinan tersebut tersirat dari pernyataan Ahmad Doli Kurnia. Wakil Ketua Umum untuk Pulau Sumatera DPP Golkar ini menyatakan bahwa Golkar lebih mementingkan kualitas kader sendiri atau simpatisan kadernya selama ini. Menurutnya Golkar memiliki banyak kader yang memumpuni di seluruh provinsi dan kabupaten/kota, termasuk di Provinsi Kepulauan Babel, Kota Pangkalpinang dan Kab Bangka. 

“Melalui pendekatan politik, sosial dan budaya yang digabungkan dengan pendekatan saintifik seperti hasil-hasil kajian dan survei, pendekatan gabungan ini dikombinasikan dengan varibel kader dan simpatisan Golkar di suatu daerah,” terang Ahmad Doli Kurnia di Jakarta beberapa waktu lalu dengan menyinggung strategi Golkar yang mampu memenangkan kadernya sendiri, Hidayat Arsani, yang kini telah dilantik sebagai Gubernur Provinsi Kepulauan Babel. 

Untuk menentukan koalisi-tidaknya, menurut mantan pentolan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini, juga ditentukan oleh situasi dinamis kompetisi elektoral dan adanya berbagai berbagai peraturan yang berubah. “Peta kekuatan politik akan menyesuaikan,” imbuh Ahmad Doli Kurnia. 

Peta koalisi Pilkada Bangka

Photo :
  • istimewa

Mengacu dari berbagai keterangan tersebut, ada tiga bakal calon pasangan bupati dan wakil bupati Bangka yang bakal ditetapkan oleh DPP Golkar dari 19 bakal calon bupati dan wakil bupati Bangka yang telah mengembalikan formulir pencalonan kepada Tim Penjaringan DPD II Golkar Kab Bangka. 

Tiga calon itu adalah Fauzan Azima sebagai calon bupati serta Imelda dan Ramadian sebagai calon wakil bupati. Dua nama terakhir ini adalah anggota DPRD Provinsi Kepulauan Babel dua periode dan calon wakil bupati Bangka yang kalah dalam Pilkada 2024 melawan kotak kosong.  

Keberadaan Smelter Bisa Tekan Penyelundup Timah dan Topang Ekonomi Babel

Fauzan Azima paling berpeluang diusung oleh DPP Golkar sebagai calon bupati Bangka dengan pertimbangan dua varibel pokok. 

Variabel pertama, lebih kepada hubungan emosional kepartaian. Fauzan adalah simpatisan Golkar sejak reformasi 1998, yaitu periode pemerintahan 1999-2004 sampai sekarang. 

Kasus Korupsi Timah, Saksi Ahli: Kerugian Negara Belum Jelas tapi Ekonomi Babel Sudah Hancur

Di kancah Golkar di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dia dikenal sebagai ‘orangnya’ alm Azhar Romli, Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar selama 4 periode (1997-2017) daerah pemilihan (dapil) Kepulauan Babel. Karier politik Azhar Romli hanya terhenti akibat ajal, yang wafat karena sakit pada 2017. 

Sepanjang empat periode itu, Fauzan sering membantu tugas-tugas kedewanan, kepartaian, dan dapil Azhar Romli. Lagi pula kedua tokoh ini sesama aktivis Majelis Nasional (MN) Korps Alumni HMI (KAHMI) serta sama-sama kelahiran Desa Sempan, Kecamatan Pemali, Kab Bangka.   

Pilgub Babel, Erzaldi-Yuri Mau Kirim Pelajar Berprestasi ke Luar Negeri

Variabel emosional kepartaian lainnya adalah dari garis aktivis HMI dalam struktur pucuk pimpinan Partai Golkar 2024-2029. Ketua Umum dan Sekjen Beringin, Bahlil Lahadalia dan Sarmuji, mantan aktivis HMI. Mayoritas wakil ketua umum DPP Beringin juga didominasi dari kalangan mantan aktivis HMI. Seperti Ahmad Doli Kurnia, Wihaji, Ace Hasan Syadzily, dan Kahar Muzakir. 

Fauzan Azima adalah yunior semua pucuk pimpinan DPP Golkar di atas, sesama mantan aktivis HMI. Ia tokoh muda HMI Cabang Yogyakarta pertengahan dekade 1990an-awal 2000an yang menghidupkan kembali HMI faksi Diponegoro (Dipo) di Universitas Islam Indonesia (UII), yang dulunya dikuasai oleh faksi Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) akibat dualisme haluan politik HMI.  
 
Setelah menjabat Ketua Umum Senat Mahasiswa Politeknik Bina Sarana Informartika (BSI) Yogyakarta 1994 dan Wakil Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Bangka (ISBA) Yogyakarta 1998, Fauzan menjabat Ketua Umum HMI Koordinator Komisariat (Korkom) UII 1998 dan Ketua Bidang HMI Cabang Yogjakarta 2000. 
 
Dia juga Presiden Mahasiswa UII 2000, Koordinator Forum KM-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Yogjakarta 2000, serta Koordinator Presidium Nasional JMI (BEM se-Indonesia) 2001. Di MN KAHMI 2022-2027, dia anggota bidang Kebijakan Agrokultur. 

Sepanjang Maret-Juni 2025, beredar foto-foto Fauzan Azima sedang berbincang dengan para pucuk pimpinan DPP Golkar di berbagai grup Whats App komunitas Kepulauan Babel. Seperti dengan Wihaji pada Maret serta dengan Sarmuji dan Ahmad Doli Kurnia pada Juni. 

Makna simbolik foto-foto itu menunjukan bahwa Fauzan Azima telah meminta restu dari para seniornya itu. Makna lainnya menguatkan persepsi internal di DPP Golkar, bahwa sulit bagi pucuk pimpinan DPP Golkar periode 2024-2029 menolak hajat politik kader atau simpatisan Golkar, terlebih lagi yang punya hajat itu dari kalangan aktivis HMI.  Hal ini mengisyaratkan DPP Golkar periode ini sangat mempertimbangkan dari kalangannya sendiri; bukan orang lain.  

Varibel pokok kedua adalah perimbangan profesionalitas kader atau simpatisan Golkar yang terbukti nyata terjun ke tengah masyarakat sebagai rasionalisasi reformasi kepartaian politik bahwa Golkar pasca 1998 juga sudah anti-klientalisme, yang turunannya adalah nepotisme. 

Lagi-lagi Fauzan Azima memiliki kriteria tersebut. Di tingkat lokal, melalui Yayasan Bangka Belitung Kreatif sejak 2013, Direktur Utama PT McLeader Campaign Consulting, konsultan politik Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2004 ini, dikenal sebagai prosuder dan sutradara “Bujang-Begagil”, program talkshow offline yang membahas berbagai fenomena sosial di Provinsi Babel yang dikemas secara edutainment. 

Kiprah Fauzan membantu pembangunan di provinsi ini telah dimulai sejak akhir 1990an dan awal 2000an dalam perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Babel. 

Selain itu, jauh sebelum ia menjadi staf khusus Forum Rektor untuk Perguruan Tinggi Negeri Baru (FPPTNB) Indonesia 2014, Fauzan telah menjadi perwakilan Universitas Bangka Belitung (UBB) untuk urusan nasional sebagai staf ahli bidang Kerjasama dan Komunikasi Rektor UBB 2008, yang saat itu dijabat oleh Prof. Bustami Rahman. 

Selain membantu transformasi perguruan tinggi dari swasta ke negeri di berbagai provinsi sepanjang 2007-2014, kini pada siklus politik anggaran untuk Tahun Anggaran (TA) 2026, Fauzan juga menjadi fasilitator pada proses pinjaman luar negeri untuk UBB dan anggaran pembangunan Politeknik Manufaktur Negeri (Polman) Bangka Belitung. Jika UBB mengusulkan angka lebih dari Rp 500 miliar, maka Polman mengajukan sekitar Rp 100 miliar.  

Selain itu, ia juga menjadi salah satu jangkar lobi politik anggaran perimbangan pusat-daerah jenis dana alokasi khusus (DAK) untuk TA 2026 bagi sejumlah daerah. Seperti DAK TA 2026 untuk Kab Kaur, Kota Bengkulu, Kab Seluma, Kab Rejang Lebong, dan Kab Halmahera Utara.  

Dengan sepak terjang sedemikian rupa dari kedua varibel pokok di atas, tampak sulit bagi bakal calon bupati Bangka lainnya untuk memperoleh tiket calon bupati Bangka dari Beringin. 

Untuk calon wakil bupati Bangka dari Golkar, Imelda tampak paling berpeluang daripada Ramadian. Informasi yang dihimpun VIVA, selain berpengalaman mengurus politik di tingkat provinsi, Imleda juga telah mendapat petunjuk dari Hidayat Arsani untuk maju meskipun dia hanya siap menjadi calon wakil bupati.   

Adapun Ramadian yang pernah diusung sebagai wakil calon bupati di Pilkada 2024 berpasangan dengan Mulkan, terbelit urusan moril Pilkada. Hidayat Arsani telah menyerukan bahwa para calon yang kalah melawan kotak kosong untuk tidak maju lagi sebagai calon dalam Pilkada ulang 2025, karena dianggap telah merugikan negara. 

“Anggaran Pilkada 2024 menghabiskan miliaran rupiah yang calonnya hanya melawan kotak kosong. Saya meminta mereka yang kalah melawan kotak kosong kemarin jangan mencalonkan diri lagi karena sudah merugikan negara,” seru Hidayat Arsani kepada sejumlah media lokal Kepulauan Babel di Pangkalpinang (30/04/2025).

Himbauan tersebut praktis berlaku untuk Mulkan, petahana Bupati Bangka 2018-2023 dari PDI Perjuangan yang kalah dalam Pilkada Bangka 2024 melawan kotak kosong saat berpasangan dengan Ramadian dari Golkar.  

Peta calon dari parpol menengah 

Mengantisipasi PDI Perjuangan tidak mencalonkan Mulkan sebagai bupati Bangka pada Pilkada 2025, Mulkan bermanuver untuk kembali ke pangkuan Demokrat, parpol awal dalam karier politiknya. 

Dia membidik calon dari Golkar sebagai wakilnya, tetapi bidikan ini akan sulit, karena Partai Demokrat tidak mencukupi untuk maju sendiri. Bila Golkar menerima, akan menjadi taruhan kehormatan partai. Jalan tengahnya, bila kelak Demokrat menetapkan Mulkan secara definitif, mereka mesti menggandeng parpol lainnya, terutama partai menengah.  

Calon-calon yang berpulang dari parpol menengah itu, antara lain Andi Kusuma, pengacara asal Bangka yang diusung oleh PKB; Rudiansyah, pensiunan ASN yang diusung oleh NasDem; serta Aksan Visyawan, Ketua DPW PKS Provinsi Babel dan anggota DPRD Babel selama 2 periode yang diusung PKS.  

Belum jelas apakah para bakal calon bupati Bangka tersebut bersedia berpasangan dengan Mulkan sebagai calon wakil bupati. Dari sederet nama dari parpol menengah ini, kecil kemungkinan PKB dan NasDem menerimanya. 

PKB lebih condong menetapkan Andi Kusuma berpasangan dengan Budiyono, yang juga pengacara asal Bangka. Selain telah menetapkan nama pasangan “Abdi Nabat”, pasangan ini kabarnya telah mendapat surat B1 KWK dari PKB meski belum jelas koalisinya karena PKB harus berkoalisi dalam menetapkan calon pasangannya di Pilkada Bangka 2025. 

NasDem juga kecil kemungkinan berkoalisi dengan Demokrat bila mengusung petahana Mulkan. NasDem lebih condong menduetkan Rudiansyah dengan Sri Kristin Sutanegara, Ketua DPD NasDem Kab Bangka, alias kader NasDem sendiri.  

Sama halnya dengan PKB, NasDem juga belum jelas akan berkoalisi dengan parpol lain, karena NasDem tidak bisa mengajukan pasangan calonnya sendiri. 

Jika peta koalisi dan peta calon di atas tidak banyak berubah, kemungkinan pada Pilkada Bangka 2025 akan ada 6 poros politik yang mengusungkan calon bupatinya. 

Poros ini bersumber dari Gerinda dengan mengusung Fery Insani, Golkar yang mengusung Fauzan Azima, Demokrat yang mengusung Mulkan, PKB yang mengusung Andi Kusuma, NasDem dengan mengusung Rudiansyah, dan PKS yang mengusung Aksan Visyawan. 

Dua partai pertama bisa mengusung pasangan calonnya tanpa koalisi, tetapi empat partai terakhir, tampak bakal memperebutkan calon wakil bupati Bangka dari Perindo (1 kursi) dan PPP (2 kursi), akibat perolehan suara dan kursi kedua partai ini pada Pileg Kab Bangka 2024 tidak memungkinkan untuk mencalonkan pasangan secara mandiri. 

Menyimak berbagai kekuatan peta politik lokal yang ada, Ibrahim memprediksi penetapan pasangan calon kepala daerah Bangka dan koalisinya akan ditentukan pada masa akhir pencalonan ke KPUD Bangka, 26-28 Juni ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya