Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Orangtua Baru
- Pixabay
VIVA – Kelahiran seorang anak membawa perubahan luar biasa besar bagi kehidupan pasangan suami istri. Kebahagiaan sebagai orangtua baru dibarengi pula dengan tanggung jawab yang besar untuk memastikan masa pertumbuhan anak mendapatkan yang terbaik.
Di tengah kebahagiaan akan kelahiran anak, tidak sedikit orangtua baru yang terkaget-kaget dengan pengeluaran keuangan yang melonjak cukup banyak sejak kehadiran anak. Alhasil, cukup banyak yang merasakan bahwa memiliki anak itu mahal.
Boleh jadi pandangan tersebut memang benar. Kelahiran anak sudah tentu menuntut alokasi anggaran khusus untuk memenuhi kebutuhan sang buah hati. Namun, dengan pengaturan yang tepat, masalah finansial seputar kelahiran anak seharusnya bukan menjadi masalah yang pelik.
Yang Anda perlu lakukan adalah mengatur anggaran dengan sebaik-baiknya dan memastikan diri menghindari berbagai kesalahan finansial yang sering dilakukan oleh para orangtua baru. Berikut ulasan dari Halomoney.co.id.
1. Tidak membeli asuransi jiwa berjangka
Menjadi orangtua berarti Anda kini memiliki tanggungan jiwa. Untuk mengelola risiko finansial bagi keluarga Anda, membeli produk asuransi jiwa berjangka murni (term life) dapat menjadi pilihan tepat karena relatif terjangkau dan bisa menyesuaikan dengan kemampuan keuangan pribadi Anda.
Namun, faktanya masih banyak orangtua yang menunda memiliki asuransi jiwa. Akibatnya, tidak ada proteksi finansial terhadap tanggungan, dalam hal ini anak, ketika tiba-tiba terjadi risiko meninggal dunia atau kecelakaan.
Begitu memiliki anak, Anda perlu menimbang serius pembelian asuransi jiwa berjangka supaya risiko finansial bisa terkelola untuk kepentingan keluarga.
2. Terlalu boros berbelanja untuk anak
Semua orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Namun, untuk mendapatkan yang terbaik, tidak perlu selalu mahal bukan? Banyak orangtua yang terjebak kesulitan membedakan mana yang memang kebutuhan untuk anak dan mana yang sebenarnya hanya keinginan atau gaya hidup.
Misalnya, untuk kebutuhan pakaian anak. Baju anak berkualitas tidak perlu selalu mahal atau bermerek. Begitu juga untuk belanja mainan anak, tidak perlu semua yang disebut “penting” oleh teman atau orang lain atau oleh iklan, berarti memang penting untuk dibeli.