Bea Cukai Kalimantan Bagian Timur Gelar Forum Diskusi dengan Watimpres
VIVA – Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Kalimantan Bagian Timur (Kalbagtim), Agus Sudarmadi, didampingi seluruh Kepala Kantor Bea Cukai di lingkungan Wilayah Kalbagtim, menyambut kedatangan para anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia (Wantimpres RI), Rabu 25 Juli 2018.
Kedatangan para anggota Wantimpres RI tersebut dalam rangka mengadakan kunjungan kerja dan menghadiri forum diskusi yang digelar Kantor Wilayah Bea Cukai Kalbagtim di Aula Banua Caraka Kantor Bea Cukai Samarinda.
Rombongan Wantimpres RI terdiri dari Letjen TNI (Purn) M. Yusuf Kartanegara (anggota Wantimpres), Mayjen TNI (Purn) Mashudi Darto, Mayjen TNI (Purn) Dr. I Gusti Putu Buana SAP, M.Sc, Kolonel LEK Gatot Sutomo, S.T, Shinta Tri Lestari S.H, M.Kn, Ir Amal Witonohadi M.T, Abd. Rahman S.H, Uus Alihusni, dan Andytias D, A.
Dalam forum diskusi yang mengangkat tajuk Optimalisasi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba untuk Mewujudkan Keamanan yang Kondusif, Letjen TNI (Purn) M. Yusuf Kartanegara, mengatakan luasnya wilayah Indonesia merupakan hal strategis bagi penyelundup narkoba. Sehingga dengan adanya diskusi tersebut, diharapkan Tim Wantimpres mendapat masukan hal-hal berkaitan dengan kendala maupun informasi yang nantinya bisa disampaikan ke Presiden.
Selanjutnya, Agus Sudarmadi menyampaikan bahwa Kanwil Bea Cukai Kalbagtim sangat senang atas kedatangan Tim Wantimpres.
“Dalam agendanya mengunjungi seluruh instansi terkait dalam penanggulangan narkoba, semoga kedatangan Tim Wantimpres bisa membantu Bea Cukai Kalbagtim dalam meningkatkan sinergitas dengan instansi terkait lainnya, karena Bea Cukai Kalbagtim sendiri masih punya beberapa kendala, antara lain kebijakan negara tetangga, sarana prasarana pengawasan, topografi perbatasan, perekonomian, dan perdagangan serta sumber daya manusia,” katanya.
Penyebab tingginya angka penyelundupan narkoba, menurut Agus adalah dikarenakan bisnis narkotika adalah underground economy dengan keuntungan yang besar, sehingga membuat orang mudah tergiur untuk melakukannya.
“Sarana transportasi laut yang cenderung masih tradisional (tanpa Automatic Identification System/AIS radar maupun lampu) cukup menyulitkan petugas dalam melakukan deteksi ditengah laut. Secara topografi Kalimantan Utara memiliki perbatasan darat yang sangat panjang, banyaknya jalur illegal, serta perbatasan laut yang sangat dekat juga merupakan kendala dalam pengawasan,” ujarnya.