Tak Ada Akses Pembalut, Wanita Korban Gempa Maroko Kesulitan Saat Menstruasi
- CNN International
Maroko – Meskipun banyak kekhawatiran mengenai kemungkinan pernikahan paksa, perdagangan manusia dan kekerasan seksual, ada satu lagi masalah mendasar untuk wanita korban gempa maroko, yaitu: permasalahan mendasar mengenai kebersihan menstruasi.
"Perempuan tidak berhenti menstruasi hanya karena ada gempa bumi,” ujar Nora Fitzgerald, dari Pusat Pelatihan Wanita Amal nirlaba yang berbasis di Marakkesh, mengatakan kepada Al Jazeera, dilansir Rabu, 20 September 2023.
Di daerah pegunungan yang terkena dampak paling parah, kemiskinan menstruasi atau terbatasnya akses terhadap produk menstruasi, sudah ada sebelum terjadinya gempa. Perempuan dan anak perempuan di pegunungan seringkali tidak atau jarang menggunakan pembalut sekali pakai, melainkan kain perca, kata Fitzgerald.
Wanita wanita Maroko
- Wall Street Journal
"Tetapi setidaknya (dahulu) mereka mempunyai privasi dan mereka bisa mencuci barang-barang dan yang lainnya. Jadi sekarang bisa dibayangkan bahkan tidak ada fasilitas kamar mandi,” katanya, terutama merujuk pada orang-orang dari daerah terpencil yang kini bepergian ke kota-kota besar untuk mencari perlindungan dan dukungan.
Oleh karena itu, organisasi-organisasi yang mengkampanyekan dan menyediakan perlengkapan menstruasi bagi perempuan dan anak perempuan yang terkena dampak menyediakan sumber daya pendidikan saat mereka menyalurkannya.
"Sangat penting untuk memahami norma-norma budaya sebelum kita menyumbangkan produk-produk menstruasi yang mungkin belum pernah mereka lihat sebelumnya, atau bahkan tahu cara menggunakannya,” kata Manjit Gill, CEO dan pendiri Binti International, sebuah badan amal internasional yang berfokus pada pengentasan kesulitan dan kemiskinan menstruasi.
Oleh karena itu, organisasi Gill menyediakan lebih banyak produk menstruasi yang dapat digunakan kembali dibandingkan produk sekali pakai, dengan memperhatikan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh perempuan dan anak perempuan setempat.
UNFPA menggunakan kesempatan ini tidak hanya untuk memberikan informasi tentang perlengkapan menstruasi yang mereka berikan, tetapi juga untuk berbicara dengan gadis-gadis muda tentang kebutuhan mereka, untuk menjadikan prosesnya “lebih manusiawi”, kata Baker.
Sementara itu, ketika rumah sakit penuh dengan korban luka, perempuan hamil menghadapi tantangan. Menurut Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), setidaknya 4.100 wanita hamil terkena dampak gempa tersebut.