Perayaan Natal di Betlehem Dibatalkan Imbas Perang Israel Vs Hamas
- Palestine.ru
Khalil Salahat, pemilik toko suvenir Old Cave, mengatakan perusahaan-perusahaan yang sangat bergantung pada pariwisata seperti miliknya, memperoleh sebagian besar pendapatan mereka selama periode perayaan ini.
“Sekarang kita berada di bulan November, waktu musim sebelum Natal. Semua orang Kristen yang baik, mereka datang pada saat ini ke Betlehem. Kami menunggu sepanjang tahun untuk dua bulan ini,” tuturnya.
“Tapi sekarang kami tidak punya turis. Nol. Kami tidak punya siapa-siapa di sini. Hal ini telah merugikan bisnis dan kehidupan kita.”
Pemandu wisata Palestina juga mengatakan industri mereka mengalami kesulitan sejak pendudukan Israel di Tepi Barat pada tahun 1967, namun perang saat ini memperburuk perjuangan mereka.
Yerusalem, Israel
- pixabay
Dampak Ekonomi
Pada tanggal 7 Oktober, militan Hamas melancarkan serangan mendadak lintas batas terhadap Israel, dan menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera sekitar 240 lainnya.
Sejak itu, Israel membalas dengan serangan ke Jalur Gaza, dengan tujuan untuk memusnahkan kelompok militan tersebut. Pemerintahan Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 13.000 warga Palestina telah terbunuh.
Di Tepi Barat, pasukan Israel juga melakukan serangan terhadap militan.
Konflik ini sangat berdampak pada perekonomian Palestina, dan PBB memperingatkan bahwa konflik dapat membuat Gaza dan Tepi Barat mundur lebih dari satu dekade.
Laporan Program Pembangunan PBB yang menilai dampak ekonomi dari perang menunjukkan produk domestik bruto (PDB) wilayah tersebut menderita 4,2 persen pada bulan pertama konflik.
Laporan tersebut memproyeksikan perekonomian Palestina akan turun 8,4 persen dan kerugian sebesar US$1,7 miliar atau setara dengan Rp26,2 triliun pada bulan depan, sehingga menyebabkan hampir setengah juta orang jatuh ke dalam kemiskinan.
Sekitar 390.000 warga Palestina telah kehilangan pekerjaan sejak perang dimulai, menurut badan PBB, Organisasi Buruh Internasional.
Hal ini termasuk orang-orang dari Gaza yang bekerja di industri konstruksi di Israel, yang izin kerjanya dibatalkan setelah serangan Hamas.
"Tidak ada lagi masa depan yang bisa dinantikan. Bagi kami, masa depan telah berakhir karena perang,” kata warga Gaza Hazem Abu Mghanam kepada CNA.
Di Tepi Barat, beberapa orang merasa sulit untuk pergi bekerja karena pembatasan pergerakan, penutupan jalan, dan pos pemeriksaan tambahan yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari masyarakat.