Firasat Kematian Putra Jurnalis Wael Al Dahdouh, Hamzah Sebelum Tewas Dibunuh Israel: Ayah itu Sabar

Wael Al Dahdouh
Sumber :
  • Instagram

VIVA Dunia – Media sosial kembali dihebohkan oleh tewasnya banyak korban di Gaza Palestina akibat serangan Israel yang melahap habis kota tersebut. Terbaru ada Hamzah Al Dahdouh yang merupakan putra sulung dari jurnalis senior dan kepala biro Al Jazeera di Gaza yakni Wael Al dahdouh yang harus tewas dibunuh oleh Israel.

41 Orang Tewas dalam 24 Jam saat Warga Palestina Peringati Idul Adha

Hamzah Al Dahdouh tewas karena mendapat serangan rudal dari Israel di bagian barat Younis Gaza. Menurut laporan Al Jazeera, kendaraan Hamzah dan Mustafa menjadi sasaran ketika mereka mencoba mewawancarai warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman sebelumnya.

Hamzah Al Dahdouh yang memiliki 1 juta pengikut di Instagramnya itu diketahui, bekerja sebagai produser dan videografer, termasuk untuk Al Jazeera. Melalui sebuah media sosial Instagram pribadinya, Hamzah sehari sebelumnya ternyata sempat mengunggah potret ayahnya tercinta di laman Instagram dengan keterangan yang begitu menyentuh hati.

Atlet Olimpiade Pertama Palestina Meninggal Dunia di Gaza Karena Kurangnya Perawatan Medis

"Ayahku adalah orang yang sabar dan mencari pahala, maka jangan putus asa akan kesembuhan dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, dan yakinlah bahwa Allah akan membalas kebaikanmu karena bersabar," tulis keterangan akun Instagram pribadi yang diduga milik Hamzah dikutip VIVA.co.id pada Selasa 9 Januari 2024.

Ketika Anak-anak Gaza Bicara soal Cita-cita yang Ingin Digapai, Najwa: Ingin Jadi Jurnalis

Melihat unggahan terakhir Hamzah beberapa hari lalu ini pun seolah menjadi pertanda dan firasat kematian sebelum sang putra dari jurnalis senior Al jazeera ini tewas diserang Israel. Sontak saja kejadian yang menimpa Wael Al Dahdouh bertubi-tubi itupun membuat sosoknya dikenal begitu tegar dan bertanggung jawab menjalankan tugasnya.

Hamzah atau Hamza sangat dekat dengan keluarganya dan sangat terpukul ketika dia mendengar kabar pada tanggal 25 Oktober bahwa serangan Israel telah menghantam rumah tempat keluarganya berlindung di kamp pengungsi Nuseirat.

Tak lama setelah serangan itu, ia harus kehilangan ibunya, Amna, saudara laki-lakinya, Mahmoud, saudara perempuannya Sham, dan keponakannya Adam. Menurut rekan Hamza, kesedihan pria itu setelah kehilangan keluarganya tampaknya memotivasi dia untuk bekerja lebih keras dalam meliput apa yang terjadi di Gaza.

Ketika berita tewasnya Hamzah tersebar, istrinya yang telah dinikahinya selama satu tahun itu langsung bergegas ke pemakaman, begitu pula saudara-saudara lainnya yang masih hidup, untuk melihat dirinya terakhir kali sebelum dia dikuburkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya