Sosok Muslimah UEA Pertama yang Jadi Astronaut, Kenakan Hijab Khusus saat di Luar Angkasa
- VIVA.co.id/Natania Longdong
“Dan saya ingin menjadi bagian dari perjalanan itu.”
Meskipun Al Matrooshi adalah orang pertama yang lulus dari NASA, perempuan Arab lainnya telah berpartisipasi dalam misi luar angkasa swasta, termasuk misi biomedis Saudi.
Peneliti Rayyanah Barnawi, yang terbang dengan Axiom Space ke ISS tahun lalu, dan insinyur Mesir-Lebanon Sara Sabry, salah satu kru dalam penerbangan suborbital Blue Origin 2022.
Al Matrooshi, yang mengenakan jilbab sebagai bagian dari keyakinan Muslimnya, menjelaskan bahwa NASA mengembangkan strategi yang memungkinkannya menutupi rambutnya saat mengenakan pakaian luar angkasa dan helm berwarna putih yang ikonik, yang secara resmi dikenal sebagai Unit Mobilitas Ekstravehicular, atau EMU.
“Setelah Anda masuk ke EMU, anda mengenakan topi (komunikasi dilengkapi dengan mikrofon dan speaker), yang menutupi rambut anda,” ujarnya.
Sebelumnya, tantangannya muncul setelah Al Matrooshi melepas jilbabnya, sebelum ia mengenakan topi komunikasi. Yang lebih rumit lagi, hanya bahan yang diizinkan secara khusus yang boleh dikenakan di dalam EMU.
“Para insinyur akhirnya menjahitkan hijab darurat untuk saya, sehingga saya bisa mengenakannya, mengenakan setelan tersebut, lalu mengenakan topi komunikasi, lalu melepasnya dan rambut saya akan ditutupi. Jadi saya sangat menghargai mereka melakukan hal itu untuk saya,” kata Al Matrooshi.
Dengan pakaian khusus miliknya, Al Matrooshi akan siap melangkah ke luar angkasa bersama rekan-rekan astronotnya.
Astronaut Bruce McCandless II
- NASA
NASA juga berencana mengembalikan manusia ke permukaan Bulan pada tahun 2026 untuk misi Artemis 3.
“Saya pikir menjadi astronot itu sulit, apa pun agama atau latar belakang anda,” tuturnya.
"Saya tidak berpikir menjadi seorang Muslim membuat segalanya menjadi lebih sulit. Namun, menjadi seorang Muslim membuat saya sadar akan kontribusi nenek moyang saya, para cendekiawan Muslim dan ilmuwan sebelum saya yang mempelajari bintang-bintang."
“Saya menjadi astronot hanya membangun warisan dari apa yang mereka mulai ribuan tahun yang lalu,” pungkas Al Matrooshi.
