Celengan Hias untuk Beli Susu Bayi Haura
- Zahrul Darmawan/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Terlahir cacat, Rumman Haura Nabila, bayi berusia dua tahun, warga Jalan Beringin, Rt 4/18, Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, hidup dalam kondisi memprihatinkan.
Kesulitan ekonomi yang mendera keluarga bocah malang ini memaksa sang ibu, Siti Maemunah, berjuang seorang diri demi sang buah hati. Ayah Haura meninggalkan keluarga sesaat setelah Haura lahir.
Maemunah mengatakan, saat lahir, jari tangan dan kaki Haura menempel. Setelah dilakukan operasi, kini jari tangan dan kaki Haura berhasil dipisahkan. Haura lahir secara normal pada 13 September 2013 dengan berat saat itu hanya 1,6 kg.
"Selain cacat secara fisik, Haura mengalami tumor di mata sebelah kanan dan kiri. Terlahir dengan bibir sumbing, tidak ada langit-langit, kaki kanan jari 1, 2, 3 menumpuk, tangan kanan jari 2, 3, 4 menempel. Kemudian kaki kiri CTEV, dan betis seperti terikat karet. Saat ini sudah dilakukan operasi langit-langit tapi belum sempurna,” ucap Maemunah saat ditemui di kamar kontrakannya, Senin, 16 Mei 2016.
Selama ini, Haura sudah menjalani lima kali operasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). “Perkiraan akan ada 10 kali operasi lagi. Namun operasi belum dapat dilanjutkan dikarenakan berat badan anak saya yang masih kurang, masih 10,8 kilogram. Harusnya kan 12,2 kilogram," ucapnya.
Berbagai operasi lain yang sudah dilakukan terhadap Haura antara lain operasi bibir sumbing, operasi langit-langit mulut, pemanjangan tendon kaki, operasi pemisahan jari tangan dan kaki. "Alhamdulillah untuk pengobatan ditanggung BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial),” katanya diiringi tetesan air mata.
Meski biaya pengobatan tertolong dengan BPJS dan sejumlah donatur. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti susu, Maemunah harus mencari kerja sampingan sebagai pencuci pakaian dan seterika.
Sebab, Haura hanya bisa mengonsumsi susu formula khusus, yang harganya satu kemasannya mencapai Rp300 ribu. Belum lagi kebutuhan hidup empat anak lainnya yang masih kecil, ditambah biaya sewa kontrakan Rp500 ribu setiap bulan.
Tak ingin larut dalam kesedihan dan berpangku tangan mengharap belas kasih orang lain, Maemunah menemukan ide untuk membuat celengan yang dia adopsi setelah melihat tayangan di internet.