Logo BBC

Hari Pahlawan: Siapa Saja dan ke Mana Para 'Ibu Bangsa'?

Presiden Soekarno menghadiri peringatan Hari Kartini di Istana Negara di tengah anggota organisasi gerakan perempuan pada 1953. - Bettmann/Getty Images
Presiden Soekarno menghadiri peringatan Hari Kartini di Istana Negara di tengah anggota organisasi gerakan perempuan pada 1953. - Bettmann/Getty Images
Sumber :
  • bbc

Selain itu, pekerjaan politik perempuan dalam memimpin dapur umum - mulai dari penyiapan logistik pengumpulan makanan sampai memasak - dan keterlibatan perempuan dalam barisan laskar palang merah, tidak dianggap sebagai keterlibatan politik, melainkan aktivitas sosial.

"Ada tiga aktivitas politik penting perempuan, yang hanya karena dianggap garis belakang, dan karena tidak ada tokoh, kemudian itu dihilangkan dalam penulisan sejarah sebagai aktivitas politik. Padahal tanpa tiga aktivitas itu, maka makna peristiwa-peristwa politik itu tidak akan ada," kata Ruth.

Meski upaya menggali serta menuliskan sejarah masa lalu Indonesia yang melibatkan tokoh perempuan sudah dilakukan, namun menurut Ruth, belum ada pengakuan yang kuat dalam konteks historiografi nasional akan keterlibatan perempuan tersebut.

"Usaha ini masih sebagian kecil, belum hegemonik, masih sedikit-sedikit di kepala orang," ujarnya.

Selain adanya bias politik yang diskriminatif dalam penulisan sejarah, menurut Ruth, ada faktor lain yang juga berperan dalam hilangnya sosok tokoh perempuan Indonesia pada era pra-kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan (1942-1949). yaitu stigma politik yang muncul pada politik sosialis.

Ruth mencontohkan sosok SK Trimurti dan Umi Sardjono.

"Umi Sardjono sama sekali nggak dikenal, nggak dicatat bahkan, karena sejak awal dia bergabung dengan gerakan bawah tanah melawan Jepang, kemudian masuk Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), masuk PKI dan nantinya membangun Gerwani. Yang agak lebih dikenal SK Trimurti, lebih banyak pengakuannya."

"Dia dulu dari Gerindo pimpinan Amir Sjarifuddin, dalam geng itu dia mengorganisir buruh dan juga isu perempuan, membangun Barisan Buruh Wanita (BBW) dengan Umi Sardjono, dan dalam kabinet Amir Sjarifuddin dia jadi menteri perburuhan, tapi namanya tidak dicatat sebagai pahlawan karena dia masuk dalam kelompok Amir Sjarifuddin yang juga mendapat stigma dalam politik pengetahuan sejarah di Indonesia," kata Ruth.