Saat Tokoh Adat Kaitkan Gempa NTT dengan Politik dan Keserakahan
- Istimewa
Secara esoterik, dia menjelaskan, ada keterkaitan antara bencana letusan Semeru, banjir bandang, dan gempa bumi NTT.
"(Bencana) ini satu mata air, ini semua ada jalurnya. Ibarat aliran darah dalam tubuh, masing-masing ada jalurnya hingga urat nadi terkecil," katanya.
Menurutnya, teguran berupa bencana ini terjadi agar manusia tidak lupa diri dan mementingkan kehidupannya sendiri. Sementara di lain sisi melupakan keberadaan alam, hewan dan tumbuhan, serta mahluk hidup lainnya.
Minta Ampun pada Tuhan
Dia meminta agar masyarakat tidak lupa dengan adat mereka. Ritual adat harus digelar sesuai dengan agama untuk meminta ampun kepada Tuhan.
Kegiatan ini bisa dilakukan sesuai adat dan agama masing-masing. Prosesnya seperti doa bersama untuk menolak bala, dan meminta perlindungan dari yang Maha Kuasa agar terhindar dari bencana.
"Harus diadakan ritual adat sakral. Masyarakat juga harus banyak bersedekah. Bagikan sebagian uang dan makanan untuk yang benar-benar membutuhkan, karena di sana ada hak fakir miskin dan anak terlantar juga," katanya.
Serupa Gempa Lombok
Dia menjelaskan, rentetan bencana di Indonesia serupa gempa Lombok. Dia kerapkali didatangi penguasa gaib untuk menyampaikan peringatan kepada manusia.
Saat itu, dia bercerita sosok Ratu Pantai Selatan dan Dewi Anjani beberapa kali menemuinya dan menitipkan pesan. Dua tokoh mitologi yang sakral itu meminta agar roah dan doa bersama dilakukan masyarakat Lombok dipusatkan di kawasan pantai Senaru, Lombok Utara.
"Saat itu sudah saya sampaikan ke beberapa orang di pemerintahan daerah, juga ke PMI NTB. Tetapi pesan itu diabaikan," ujarnya.
"Lalu benar terjadi, seminggu setelah gempa bumi ada gempa lagi dan longsor di wilayah timur, kemudian ada juga angin puting beliung di wilayah utara saat itu. Ada juga banyak anak gadis kerasukan," katanya.
Ia mengaku, kali ini sosok Nyai Roro Kidul penguasa laut Selatan dan beberapa ratu lainnya juga sudah berkomunikasi dengan dirinya. Pesan yang disampaikan sama, bahwa alam mulai marah karena ulah manusia.
