Guru Besar Unhas Ingatkan Presiden dan Aktor Politik Tetap di Koridor Demokrasi
- VIVA.co.id/Supriadi Maud (Sulawesi Selatan)
Ke depan, lanjut Prof Anwar, pihaknya sebagai akademisi kampus akan terus memantau dan menjaga koridor demokrasi agar tidak lagi merusak peradaban. "Kita kembali menjaga koridor demokrasi. Jangan kita keluar. Kalau keluar, wajib kampus mengingatkan kembali untuk kembali ke dalam. Itu tugas kampus sebagai penjaga peradaban," terangnya.
Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan.
- VIVA/Irfan Abdul Gani
Sementara itu, dalam sebuah surat yang ditanda tangani Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc menyebutkan, aksi yang mengatasnamakan Guru Besar dan Dosen Unhas untuk mengajak menyampaikan keprihatinan “Menyelamatkan Demokrasi”, tidak mewakili Unhas sebagai institusi.
“Mari kita menjaga silaturahim dan persaudaraan kampus yang kita cintai bersama. Mari kita jaga dan dewasa menerima perbedaan pilihan politik dalam suasana kekeluargaan,” ungkap Prof Jamaluddin Jompa dalam maklumatnya yang diterima VIVA siang tadi.
Dalam surat itu, Prof Jamaluddin Jompa mengimbau kepada seluruh civitas akademika di lingkungan Universitas Hasanuddin agar aktif menjaga situasi dan kondisi, termasuk ikut memperbaiki suasana perbincangan agar tidak mengarah ke hal-hal yang provokatif dan intimidatif.
“Kebebasan berpendapat kita hargai dan junjung tinggi sebagai amanat konstitusi, tapi pilihan politik yang beragam juga harus dihormati dan dihargai,” bebernya.
Maklumat itu juga meminta kepada dosen dan mahasiswa untuk menjaga atmosfir akademik yang sehat dalam bingkai kebebasan mimbar akademik yang bertanggung jawab.
“Meskipun terdapat perbedaan pilihan dan preferensi calon presiden, saya ingatkan untuk tidak melakukan kampanye hitam terhadap calon presiden yang tidak disukai. Hindari menyebarkan informasi hoax dan berita-berita yang belum terverifikasi kebenarannya dan tidak diketahui sumbernya,” tegasnya.
Terakhir dalam maklumat itu, Rerktor Unhas meminta agar tetap menjaga silaturahmi, persaudaraan dan bingkai kebebasan mimbar akademik. Serta menerima perbedaan dalam pilihan politik.
"Mari kita menjaga atmosfir akademik yang sehat dalam bingkai kebebasan mimbar akademik yang bertanggung jawab. Kemudian, Mari kita menjaga silaturahim dan persaudaraan kampus yang kita cintai bersama. Mari kita jaga dan dewasa menerima perbedaan pilihan politik dalam suasana kekeluargaan," terang Prof Jamaliddin Jompa dalam maklumatnya.