Kritik PON, Jurnalis di Jawa Barat Diteror
- VIVA.co.id/Riki Ilham Rafles
Zezen mengaku dalam perbincangan dengan tiga orang berbeda itu, sempat menanyakan alasan mereka keberatan dengan berita yang ditulisnya. “Karena saya tidak merasa memberitakan mengenai ormas atau LSM mereka. Yang saya beritakan hanya berita normatif mengenai warning dari Kemenpora kepada PB PON agar hati-hati menggunakan dana PON, sehingga kasus PON Riau tidak terulang di PON Jabar.”
Tak lupa, Zezen juga menyarankan mereka untuk melayangkan keberatannya ke redaksi Tribun Jabar, tempatnya bernaung. Sebab, berita yang sudah dimuat menjadi tanggung jawab redaksi.
Setelah itu, tak ada lagi ancaman. Zezen mengira beragam telepon intimidasi yang terjadi pada Sabtu merupakan gertakan dari pihak tertentu. “Namun pada Selasa (hari ini) sekitar pukul 10:30 WIB, saya mendapat kabar dari istri saya, ada dua orang pria berbadan tinggi dan bertato mendatangi tempat tinggal saya di daerah Soreang, Kabupaten Bandung,” kata Zezen.
Dua orang itu mengintimidasi istrinya yang kebetulan sedang seorang diri di rumah. “Akibat intimidasi dan ancaman yang dilontarkan kepada istri saya tersebut, istri saya mengalami trauma berat sampai gemetaran saat saya telepon. Dia menceritakan kejadian yang dialaminya kepada saya sambil nangis dan gemetaran,” ceritanya.
Menurutnya, karena sudah mengarah pada tindak pidana, Zezen berencana melaporkan kejadian ancaman dan intimidasi ini ke pihak kepolisian. “Karena sudah mengancam jiwa dan mengusik ketenangan hidup kami,” ujarnya.
Dia pun mengecam tindakan premanisme yang dilakukan oknum-oknum tidak bertanggung jawab ini, karena mengancam kebebasan pers yang dilindungi undang-undang. (ase)
