Agung Meletus dan 'Celaka' Pariwisata Indonesia
- Reuters/Darren Whiteside
VIVA – Aktivitas erupsi Gunung Agung di Pulau Bali menyingkap 'sisi kelam' lain dari lemahnya sektor pariwisata di Tanah Air. Bagaimana tidak, ketika tanah Dewata sedang bergemuruh dengan letusan, limpahan wisatawan yang sedianya hendak dan terkumpul di Bali akhirnya cuma bertahan menunggu reda.
Menteri Pariwisata Arief Yahya bahkan menyebut ada potensi devisa senilai Rp9 triliun dari sektor wisata Bali yang hilang akibat erupsi Gunung Agung.
Angka itu didapatnya dari estimasi 15 ribu wisatawan yang biasanya datang ke Bali dan dengan asumsi pengeluaran Rp250 miliar per hari.Â
"Sekitar 36 hari (masa tanggap darurat), dikalikan Rp250 miliar akan ada Rp9 triliun kita akan kehilangan devisa," kata Arief, Senin, 4 Desember 2017.
FOTO: Aktivitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai saat erupsi Gunung Agung
'Kepanikan' Arief soal erupsi Gunung Agung Bali juga tercermin dari ketakutannya soal tak tercapainya target 15 juta wisatawan mancanegara yang telah dipatok pemerintah.
Kata Arief, sebagai pulau yang menyumbang 40 persen wisatawan, namun karena adanya fenomena alam letusan Gunung Agung, akhirnya membuat target tadi menjadi pesimistis dicapai.
"Sampai September kita sangat percaya diri. Namun, akibat erupsi, dampak totalnya kita perkirakan, kita akan kekurangan satu juta (wisatawan). Kalau 14 juta, akan tercapai sekitar 93 persen," katanya.
Atas itu, Arief pun mengaku akan 'mengatrol' potensi wisata lain di luar Pulau Bali. Namun demikian, sayangnya dari ribuan titik potensi wisata Indonesia.Â
Hanya ada Kepulauan Riau di Sumatera yang baru dianggap siap, untuk menjadi alternatif pilihan selain Bali. "Kita sadar targetnya sangat besar. Yang bisa melengkapi itu Kepri (Kepulauan Riau)" ujarnya.
Menunggu 'Bali Baru'
FOTO: Pulau Dodola Kabupaten Morotai Maluku
Sektor pariwisata Indonesia diakui memang sebuah ceruk yang menjanjikan untuk dikelola. Laporan 2015, sektor ini memberikan kontribusi ke Pendapatan Domestik Bruto 4,23 persen atau senilai Rp461,36 triliun, dengan peningkatan devisa US$19 miliar.
Sektor ini juga lah yang menyerap sedikitnya 12,16 juta pekerja. Namun demikian, sayangnya setelah lebih dari setengah abad Indonesia, cuma Bali yang terkenang.