Bos BEI Sebut IHSG Merosot Akibat Anjloknya Sektor Tambang

Ilustrasi pertambangan.
Sumber :
  • MARKO DJURICA/REUTERS

VIVA – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengungkapkan, kebijakan pemerintah yang akan mengatur pasokan batu bara di pasar domestik atau Domestic Market Obligation (DMO) memberikan  sentimen negatif bagi perusahaan-perusahaan tambang yang tercatat di pasar modal Indonesia

Akibat hal itu, saham sektor tambang tersebut menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga merosot 2,03 persen atau 131 poin ke level 6.368,27 pada penutupan hari ini.

"Secara tidak langsung image-nya menjadi seperti intervensi kepada pasar. Yang saya belum baca ini semua bisa tentukan atau hanya suplai pemerintah kepada PLN saja, saya terus terang belum tahu. Tapi apa pun itu, menurut saya itu suatu intonansi jelas, yang langsung tuh 3 persen lebih dampaknya," ujar Tito di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu, 7 Maret 2018.

Selain itu Tito mengungkapkan, pada perdagangan hari ini saham-saham sektor pertambangan turun hingga 3,48 persen. Penurunan ini jelas berimbas pada sektor lainnya.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio (Kiri)

Direktur Utama BEI Tito Sulistio (Kiri)

“Penurunan di sektor mining ini juga berimbas pada pertanian, perkebunan, dan lain-lain. Satu negatif, yang lain ikut,” paparnya.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis 70 perusahaan, baik pendapatan maupun laba bersih, emiten-emiten tambang rata-rata mengalami peningkatan pendapatan 25 persen serta laba bersih 24,7 persen. Namun, sentimen positif itu pun belum mampu membendung penurunan saham sektor tersebut. 

Dorong Transformasi Digital Sektor Pertambangan, Indosat Bangun Ekosistem Berkelanjutan

"Jika ada intervensi pemerintah kepada pasar, itu menjadi negative issue," ujarnya menambahkan.

Lebih lanjut Tito juga mengatakan, IHSG terkoreksi dalam akibat dari pengaruh pandangan negatif investor stabilitas nilai rupiah dan kebijakan pajak yang baru diterapkan pemerintah. 

MPMX Catat Laba Bersih Rp582 miliar pada 2024, Intip Sumber Cuannya

"Mereka mencari uncertainty dari pada equilibrium baru rupiah di berapa sih. Juga karena mulai orang tarik dana karena untuk bayar pajak, untuk pilkada, sudah mulai nih," paparnya.

Terlepas dari beberapa faktor tersebut Tito meyakini, penurunan nilai saham ini hanya terjadi sesaat. Selama produk dan arah bisnis dari perusahaan tambang masih bagus. 

Diakuisisi Grup Djarum, Remala Abadi Targetkan Pasang 500 Ribu Jaringan Internet Rumah Tahun Ini

“Jumlah net income masih tumbuh 20 persen, produk kita masih bagus,” ungkapnya. 

Pabrik Chandra Asri Pacifik

Pendapatan Chandra Asri Pacfic Melonjak 237,7 Persen Semester I-2025 Gegara Hal Ini

PT Chandra Asri Pacfic Tbk (Chandra Asri Group), mencatat peningkatan pendapatan bersih sebesar 237,7 persen atau mencapai US$2.926,2 juta untuk enam bulan pertama 2025.

img_title
VIVA.co.id
1 Agustus 2025