Rizal Ramli Ungkap Beda Kebijakan Impor Era Gus Dur dengan Jokowi

Rizal Ramli di seminar 'Membedah Konsep Ekonomi Gus Dur'.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA – Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri, Rizal Ramli menceritakan perbedaan kebijakan ekonomi di masa Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan era Presiden Joko Widodo. Hal yang paling Rizal sorot ialah soal impor beras. 

Rizal bercerita, ketika dia menjabat sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) tahun 2000, sebelum dua kali jadi menteri di Era Gus Dur. Rizal bercerita menerima jabatan itu, setelah tiga kali dipanggil Gus Dur awal menjadi Presiden. 

"Kali ini, saya tidak akan nolak, syaratnya satu tahun, Gus (menjabat sebagai Kepala Bulog)," cerita Rizal dalam Halaqah Ekonomi Membedah Konsep Ekonomi Gus Dur di Hotel Namira Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu 16 Januari 2019. 

Waktu itu, lanjut ekonom berjuluk 'Sang Penerobos' itu, kebijakan Bulog yang menjadi kebiasaan ialah mengimpor bahan pangan, termasuk beras. 

"Saya tanya, saya harus ngapain Gus di Bulog. Beliau bilang, tugas sampean bikin senang petani. Caranya terserah kamu. Memang begitu harusnya pemimpin, enggak usah ikut terlalu detail," ujar Rizal. 

Begitu duduk di kursi Kepala Bulog, Rizal melihat impor berlebih-lebih. "Sehingga, waktu itu kebanyakan di gudang, sampai tiga tahun busuk dan banyak kutunya, baru dibagi ke rakyat. Akhirnya, saya putuskan, selama pemerintahan Gus Dur, tidak ada impor," katanya. 

"Alhamdulillah pada waktu itu hujannya banyak. Jadi, rumusnya sederhana, kalau hujannya banyak, produksi baru turun satu persen, kita enggak perlu impor. Tapi kalau misalnya elnino dan suhu cuaca panas sekali, produksi bisa anjlok sepuluh persen, kita harus impor tiga juta ton," ujar Rizal. 

"Dan, yang sangat ajaib pemerintahan hari ini (Jokowi), beberapa tahun ini hujan kan bagus, lah ini kok impor saja."

Fakta di Balik Tuduhan Penggelembungan Harga Beras Impor dari Vietnam pada Perum Bulog

Kedua, lanjut Rizal, saat itu juga banyak permainan pihak swasta dengan oknum di Bulog. Beras impor dicampur produksi petani lokal, kemudian dijual ke Bulog. 

"Akhirnya, saya umumkan di koran, mulai hari ini tidak boleh lagi ada beras Spanyol, separuh nyolong," tandasnya. 

Alasan Indonesia Harus Impor Beras: Memahami Keputusan Pemerintah

Selain Rizal Ramli, dalam halaqah ini juga hadir sebagai narasumber KH Mahmud Ali Zein, ekonom dari Pesantren Sido Giri Pasuruan. Ia adalah salah satu pendiri Baitul Mal wat Tamwil Maslahah Mursalah Lil Umma atau BMT MMU, lembaga bisnis Pesantren Sidogiri yang tumbuh sukses sampai sekarang. (asp)

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Askolani

Setoran Bea Masuk Kuartal I-2025 Turun, Imbas RI Setop Impor Beras dan Insentif Kendaraan EV

Ditjen Bea Cumai mengungkap bahwa penerimaan bea masuk pada kuartal I-2025 sebesar Rp 11,3 triliun, atau turun 5,8 persen secara year on year (yoy).

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2025