Era Revolusi Industri 4.0, Jangan Ada Kasta di Dunia Pendidikan

Dunia pendidikan di era Revolusi Industri 4.0.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Pekerjaan rumah besar menanti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Pendiri Gojek ini juga akan mengepalai urusan pendidikan tinggi (Dikti) yang kini bernaung kembali di bawah Kemendikbud, setelah sebelumnya sempat berdiri terpisah.

5 Kesalahan yang Harus Dihindari Seorang Pemimpin dalam Birokrasi

Sebagai Mendikbud baru, Nadiem mengaku bakal menghadapi tugas berat untuk memajukan sumber daya manusia (SDM) Indonesia lewat pendidikan.

Salah satu pekerjaan rumah yang menunggu Nadiem di Kemendikbud adalah persoalan peningkatan SDM dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0.

Bertemu Prabowo, Marc Marquez: Saya Senang Sekali Kembali ke Indonesia

Pembangunan SDM sangat diperlukan agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain, terutama dalam memenuhi kebutuhan SDM di era disrupsi teknologi. Saat ini Indonesia berada di era disrupsi yang sulit ditebak dan penuh risiko.

Karena itu, Indonesia perlu penguatan data dan perlu sosok yang memiliki pengalaman bagaimana mengelola sebuah data sehingga bisa memprediksi masa depan.

Kisah Lengkap Marc Marquez Juara Dunia MotoGP 2025, Comeback Spektakuler!

"Kebutuhan SDM di masa depan akan berubah dan berbeda. Inilah link and match yang dimaksud Presiden. Saya akan mencoba menyambungkan institusi pendidikan dengan apa yang dibutuhkan di luar," kata Nadiem, beberapa waktu lalu.

Ia juga menggarisbawahi sistem pendidikan Indonesia yang disebutnya terbesar keempat di dunia. Teknologi, menurut dia, bakal memegang peranan penting dalam menghubungkan sekolah dan peserta didik di Indonesia.

"Sesuai arahan Presiden, kita enggak bisa business as usual. Kita harus mendobrak. Kita ingin inovasi. Mungkin itulah sebabnya saya di sini," tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan Muhammad Nur Rizal. Menurutnya pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan ini kolaborasi merupakan sendi utama pendidikan di era disrupsi.

Ia mengatakan sekolah dari Indonesia sudah tidak memiliki batas untuk menjalin hubungan dengan sekolah lain di belahan dunia manapun.

Adapun dalam praktiknya, lanjut Rizal, hanya sekolah favorit yang mampu dan mendapat kesempatan lebih besar untuk mewujudkannya.

"Kami menerobos hal itu dan membuka peluang bagi sekolah non-favorit atau pinggiran untuk bersinergi dengan sekolah bertaraf global," kata dia.

Untuk itulah, Gerakan Sekolah Menyenangkan membuka peluang bagi sekolah-sekolah pinggiran dari Sleman, Tangerang Selatan, Tebuireng, dan Jawa Tengah untuk berkolaborasi dengan sekolah berkualitas global dalam Pelatihan Pengayaan Guru yang berlangsung dari 29 Oktober hingga 1 November 2019.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya