‘Mendaratkan Pesawat’ di Ladang Jagung Tombiobong
- istimewa
Belum lagi, Pesawat dan seluruh Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Loinang tidak paham dengan sistem jual beli di perkotaan dan tidak bisa baca tulis karena belum pernah merasakan pendidikan, sehingga membuat Suku Loinang terasing dengan penduduk desa disebelahnya.
Suku Loinang, Banggai, Sulawesi Tengah.
- istimewa
Seiring waktu, keterasingan dari KAT Suku Loinang menjadi perhatian sejumlah pihak, selain pemerintah, Relawan Aisyiyah mulai masuk ke Dusun Tombiobong pada 2017, diikuti oleh Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di bawah pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Tergabung dalam tim gugus tugas penanggulangan stunting, relawan Aisyiah melakukan agenda bakti sosial dengan misi organisasi, menyasar wilayah berisiko stunting agar tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat. Dan Dusun Tombiobong dipilih karena sangat terisolasi, dengan sarana dan prasarana sangat minim dan perjalanan ke lokasi penuh tantangan.
Perlu diketahui, untuk menuju ke pemukiman KAT Suku Loingan bisa dikatakan penuh tantangan, pasalnya jalan ke lokasi tersebut harus menyeberangi sungai dengan batu-batuan besar, serta dilanjutkan dengan berjalan kaki di jalan setapak dengan penuh semak belukar.
Jika dihitung berdasarkan waktu tempuh, menuju Dusun Tombiobong membutuhkan waktu 4-5 Jam dari kota Luwuk Banggai, di mana kita harus menggunakan kendaraan roda empat sejauh lebih dari 90 kilometer dengan waktu tempuh 3 jam ke titik ujung Desa Maleo Jaya yang merupakan pemukiman transmigran asal Jawa dan Bali.
Lalu, dari desa transmigran itu, kita masih harus menggunakan kendaraan khusus 4x4 menyeberangi sungai berbatu dengan jeram yang deras, dan berlanjut jalan kaki sekitar 1 jam ke dalam menyusuri perkebunan kelapa sawit, Jagung, dan sawah.
Ketua Pimpinan Daerah (PD) Aisyiyah Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Umi Inang, panggilan untuk Sri Moxa Jalamang menjelaskan saat pertama kali menginjakkan kaki di Dusun Tombiobong dirinya menemukan sekitar 85 persen warga tidak bisa baca tulis. Bahkan, ada anak perempuan berusia 12 tahun sudah menikah dini dan ditemukan penderita stunting akibat gizi buruk.