Ketidakpastian Ekonomi Global Meningkat, Gubernur BI Ramal Suku Bunga The Fed Bakal Naik Jadi 5,5%

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Gubernur.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

Jakarta - Bank Indonesia (BI) memandang, ke depan Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) ke angka 5,5 persen. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, prakiraan itu dikarenakan adanya perkembangan ekonomi di AS dan pernyataan Ketua the Fed Jerome Powell beserta anggota lainnya.

BI Targetkan Rupiah Menguat ke Level Rp 16.300 per Dolar AS Usai Tertekan Sentimen Negatif Aksi Demo

"Fed funds rate itu yang semula kami perkirakan terminnya 5,25 persen ada kemungkinan baseline kami adalah Juli nanti naik menjadi 5,5 persen," kata Perry dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 22 Juni 2023.

Ilustrasi resesi ekonomi/krisis ekonomi global.

Photo :
  • Unsplash
IHSG Catat Kenaikan 0,84 Persen pada Penutupan Pasar, Saham Antam hingga Emiten Prajogo Terbang

Perry menuturkan, untuk saat ini, ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan yang melambat. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan ada di angka 2,7 persen, dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"Di AS, tekanan inflasi masih tinggi terutama karena keketatan pasar tenaga kerja, di tengah kondisi ekonomi yang cukup baik dan tekanan stabilitas sistem keuangan (SSK) yang mereda. Sehingga mendorong kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) ke depan," ujarnya.

BI Ungkap Inflasi Agustus 2025 Terkendali Gegara Hal Ini

Selain itu kata Perry, kebijakan moneter di Eropa juga masih ketat, sedangkan di Jepang  masih longgar.

"Sementara itu, di Tiongkok pertumbuhan ekonomi juga tidak sekuat prakiraan di tengah inflasi yang rendah sehingga mendorong pelonggaran kebijakan moneter," jelasnya.

Menurutnya, pemulihan ekonomi negara berkembang lain, seperti India, tetap kuat didorong oleh permintaan domestik dan ekspor jasa.

"Perkembangan tersebut memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan terhadap ketahanan eksternal di negara berkembang, termasuk Indonesia," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya