60 Negara Rentan Susah Bayar Utang, Sri Mulyani Ungkap Kondisi RI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia/tangkapan layar.

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, saat ini sebanyak 60 negara mengalami kerentanan atau permasalahan utang. Hal itu disampaikannya dalam kuliah umum di Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang.

Purbaya Tolak Usulan Gubernur Agar Gaji ASN Daerah Ditanggung Pusat

"Kita sudah lihat banyak negara latin Amerika dari tahun 80-90 mengalami kondisi krisis utang. Negara-negara Afrika sekarang dan banyak middle income sekarang 60 negara dalam kondisi vulnerable utangnya," ujar Sri Mulyani Senin, 23 Oktober 2023.

Bendahara Negara ini mengatakan, kondisi ekonomi dan keuangan di banyak negara termasuk di Eropa kini sedang berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Hotman Paris Teriak Rugi Miliaran, Anjlok Drastis Akibat Kebijakan Menkeu Purbaya, Para Konglomerat Ikut Senasib

Menkeu Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • Anisa Aulia/VIVA.

"Negara-negara Eropa dari mulai Italia, Spanyol, Portugal, Prancis, Jerman liat berapa utangnya negara. Saya enggak nanya Yunani yang kemarin mengalami krisis. Tapi mereka sudah lebih dari 60 persen (rasio utangnya)," jelasnya.

Dorong Ekonomi Nasional, Danareksa Buka Lebar Akses Pasar UMKM

"Negara yang tadinya disiplin, sekarang enggak. Jadinya ekonomi dan keuangan negaranya situasinya sangat tidak baik," tambahnya.

Untuk Indonesia sendiri jelas Sri Mulyani, Pemerintah menerapkan disiplin fiskal. Dalam hal ini APBN tidak diperbolehkan defisit lebih dari 3 persen per tahunnya, dan utang tidak boleh lebih dari 60 persen dari PDB per tahun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Namun, saat masa pandemi diterbitkan aturan yang memperbolehkan defisit lebih dari 3 persen selama tiga tahun. Tercatat pada 2020 defisit mencapai -6,1 persen, 2021 turun menjadi -4,6 persen, dan 2022 kembali di -2,4 persen.

Sri Mulyani membeberkan, saat adanya pelebaran defisit itu banyak dari lembaga dunia mempertanyakan tentang hal tersebut. Mereka mempertanyakan apakah dalam tiga tahun ke depan pandemi akan berakhir.

"Jadi saya mengatakan Kita kasih waktu 3 tahun saja, untuk memberi rasa disiplin, kita harus kembali lagi ke apa yang disebut disiplin fiskal," ujarnya.

Ilustrasi manajemen data / Artificial Intelligence (AI).

Krisis Pasar Kerja Bukan Cuma Gara-gara AI, Ini Faktor Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai

Meski AI ramai dibicarakan, riset Yale menunjukkan pasar kerja belum terguncang. Faktor ekonomi, inflasi, dan restrukturisasi tetap jadi penyebab utama.

img_title
VIVA.co.id
8 Oktober 2025