Bitcoin Tak Lagi Primadona Safe Haven? Begini Penjelasan Analis JPMorgan
- Dok. Istimewa
Jakarta, VIVA – JPMorgan memberikan isyarat adanya perubahan besar dalam sentimen pasar. Perbankan raksasa di Amerika Serikat (AS) itu menyoroti permintaan Bitcoin terus menurun di saat emas mencatatkan arus masuk yang besar sehingga mengambil alih kembali dominasi dalam perlombaan safe haven global.Â
Analis JPMorgan Chase menuturkan Bitcoin tidak menunjukkan gelombang permintaan yang tinggi sebagai tempat yang aman untuk melindungi aset, sangat kontras dengan arus masuk emas baru-baru ini. Dalam sebuah catatan penelitian, tim yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou selaku Direktur Pelaksana menunjukkan tanda-tanda jelas penurunan minat investor terhadap BTC.Â
"Bitcoin gagal memperoleh keuntungan dari arus safe haven yang telah mendukung emas," demikian dikutip dari Bitcoin News pada Selasa, 22 April 2025.
Tim Nikolaos Panigirtzoglou mengamati aset kripto termahal di dunia itu mengalami penurunan minat spekulatif di pasar modal. Arus keluar dana dari exchange traded fund (ETF) terus menyusut selama tiga bulan berturut-turut.
JP Morgan Chase
- Getty Images
Sementara itu, emas justru menarik arus masuk secara konsisten dari investor institusional, baik dari pasar ETF maupun pasar berjangka. Emas menjadi alternatif favorit sebagai safe haven selain Yen dan franc Swiss.
Arus masuk ETF emas global mencapai US$ 21,1 miliar setara Rp 354,7 triliun (estimasi kurs Rp 16.810) pada kuartal-I 2025. Termasuk US$ 2,3 miliar dari ETF yang berbasis di Tiongkok dan Hong Kong.
"Meskipun terjadi penurunan luas pasar dan likuiditas, emas terus mendapat manfaat dari arus masuk tempat berlindung aman," jelas analis JPMorgan.
Pada awal April, analis JPMorgan telah memperingatkan status Bitcoin sebagai safe haven akan memudar. Pasalnya, emas digital itu berada di bawah tekanan saat emas terus mengalami peningkatan permintaan yang semakin kuat. Analis mengklaim bahwa emas tetap menjadi aset utama yang diuntungkan dari devaluasi mata uang.Â
JPMorgan terus mempertimbangkan perkiraan biaya produksi BTC sebagai indikator harga utama, meskipun ada kekhawatiran yang terus berlanjut. Mereka memperhitungkan US$ 62.000, perkiraan biaya produksi Bitcoin, sebagai level dukungan yang penting.