Imbas Kesepakatan Dagang, Impor LPG dari AS Bakal Naik 60 Persen
- VIVA.co.id/Fikri Halim
Jakarta, VIVA – PT Pertamina (Persero) berencana meningkatkan impor gas cair (Liquefied Petroleum Gas/LPG) dari Amerika Serikat (AS) menjadi 60 persen dari total impor LPG.
Hal tersebut merupakan konsekuensi dari hasil negosiasi tarif resiprokal AS terhadap Indonesia dan kesepakatan dagang Indonesia-AS yang baru disepakati terkait belanja energi.
“Porsi impor LPG dari Amerika Serikat Pertamina sudah cukup besar ya, 57 persen (per 2024), dan memang ada penjajakan untuk peningkatan ke 60 persen. Itu akan kami jajaki juga,” kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso ketika ditemui di Jakarta, Kamis, 17 Juli 2025.
Namun demikian, menurut Fadjar, belum ada penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) ihwal peningkatan impor LPG dari Amerika Serikat.
MoU yang sudah ditandatangani oleh Pertamina dengan mitranya di Amerika Serikat adalah MoU untuk pembelian minyak mentah (crude). “Ekspektasinya, (impor LPG) naik ke 60-an persen secara bertahap,” kata dia.
Fadjar menegaskan peningkatan impor LPG dari Amerika Serikat bukan berarti menambah jumlah volume LPG yang diimpor ke Indonesia, melainkan mengalihkan negara asal impor LPG ke Amerika Serikat.
Ia menjelaskan pengalihan impor dari negara lain ke Amerika Serikat akan memanfaatkan berakhirnya kontrak pengadaan LPG jangka pendek. Dalam pengadaan, lanjut dia, terdapat dua jenis kontrak, yakni kontrak jangka panjang dan kontrak jangka pendek.
“Nantinya, mungkin kontrak jangka pendek itulah yang akan kami sesuaikan,” ucap Fadjar.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyepakati tarif impor senilai 19 persen untuk produk-produk Indonesia yang masuk ke AS, berdasarkan negosiasi langsung yang dilakukannya dengan Presiden RI Prabowo Subianto.
Trump mengatakan Indonesia telah sepakat untuk belanja energi AS senilai 15 miliar dolar AS (sekitar Rp244 triliun), produk pertanian Amerika Serikat senilai 4,5 miliar dolar AS (sekitar Rp73,1 triliun), dan 50 jet Boeing.